Senin, 02 Desember 2019

ROH ALLAH DAN HIDUP SPRITUALITAS


                                             Roh Allah dan Hidup Spritualitas
Dari Perspektif Perjanjian Lama Diperhadapkan dengan Pandangan Christopher J. H. Knowing the Holy Spirit Through the Old Testament

I.         Pendahuluan
Keberadaan Roh Allah dinyatakan dalam Alkitab sebelum bumi berbentuk (Kej. 1:2) Ini menunjukkan bahwa Allah adalah Roh yang kekal dan Pencipta. Arti dasar kata roh (Ibrani, רוח - RUAKH) adalah nafas, angin. Di dalam Perjanjian Lama, kata roh diterjemahkan dengan bermacam-macam kata. Di Mazmur 33:6 umpamanya, RUAKH diterjemahkan dengan nafas dari mulut, sedangkan di Yeremia 10:14 diterjemahkan dengan nyawa dan lain sebagainya. Roh dipandang sebagai kekuatan atau kuasa yang menjadi alat Tuhan Allah bekerja.

II.      Pembahasan
2.1.       Pengertian Roh Allah Secara Umum
Kata “roh” berarti sesuatu yang hidup tidak berbadan jasmani, yang berakal budi dan berperasaan (malaikat, setan) ataupun jiwa. Sedangkan kata “arwah” memiliki makna jiwa dari orang yang meninggal ataupun roh.[1] Dalam Ensiklopedia Alkitab, pemakaian kata roh yang terbesar adalah mengacu kepada manusia, tapi kebanyakannya berkaitan dengan yang supra alami. Kata benda Ruakh berasal dari kata kerja yang berarti mengeluarkan nafas dengan kuat dari hidung. Kadang-kadang kata itu mengandung arti “pusat hidup”, searti nefesy, tapi dalam arti itu jumlahnya sedikit dan umumnya ruakh berarti bernyawa berkaitan dengan nefesy, makhluk hidup.[2]

2.2.       Pengertian Roh Allah dalam Alkitab
2.2.1.      Roh Allah dalam Perjanjian Lama
Menurut kesaksian Perjanjian Lama, Allah adalah רוּהruach” (=Roh) yaitu bahwa Ia tidak Nampak (tidak kelihatan) dan karena itu hadir dimana-mana. Dalam hal ini Perjanjian Lama mengungkapkan bahwa Yahwe adalah Allah yang bernafas, Allah yang hidup, Allah yang bertindak. Dan bahwa sebagai Allah yang demikian, Ia adalah sumber hidup dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Khususnya dari manusia hal itu dapat kita lihat dalam permulaan Kitab Suci (Kej. 2:7): “Tuhan Allah menghembuskan nafas hidup (nesyema) kehidupan (nefesy chayya). Dimana  Allah ada, dimana Ia hadir dan bertindak, disitu “ruach”-Nya aktif, bekerja. Kesaksian ini penuh dalan Kitab Suci beberapa contoh terdapat dalam (Hak. 3:10;11;29;13;25;14:6;15:14; Yeh. 1:12,20;2:2-3,24; Zak. 12:1)”.[3] Yesaya mengatakan bahwa Roh Allah sebagai pembawa keadilan dan kebenaran. Di mana pada masa kesusahan, umat Allah akan menantikan ‘sampai dicurahkannya kepada kita Roh dari atas’ (Yes. 32:15) yang membawa keadilan dan kebenaran: hasilnya adalah damai sejahtera, ketenangan dan ketentraman untuk selama-lamanya (ay.16-18).[4]

2.2.2.      Roh Allah dalam Perjanjian Baru
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia kata Ibrani “ruakh”, Yunani “Pneuma” diterjemahkan dalam istilah ‘nafas’ atau ‘nafas kehidupan’. Kata ruakh ini diterjemahkan dengan ‘roh’. Mula-mula menumjuk kepada gerak dari udara dapat diterjemahkan dengan ‘angin, atau dengan ‘badai’ atau dengan ‘topan’. Tetapi sering kata ruakh dan pneuma menunjuk kepada gerak dari udara yang disebabkan oleh nafas. Berhubung karena itu, kedua kata ini lebih tepat diterjemahkan dengan ‘nafas’ atau ‘dengan nafas kehidupan’ atau dengan ‘kehidupan dalam gerak’ atau dengan ‘dinamika’ dan dikatakan bahwa Allahlah yang oleh kehadiran-Nya di dalam manusia dan memberikan kepada manusia nafas dan kehidupan.[5] Tetapi sering kata ruakh Secara iman diyakini bahwa Allah adalah Roh dan sudah berkarya sejak penciptaan seperti kesaksian Alkitab.[6] 

2.3.       Memahami Roh Allah, Roh Kudus, Roh Manusia, dan Roh Jahat
2.3.1.      Roh Allah dan Roh Kudus
Pemahaman Roh dalam kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ada Roh Allah, Roh Tuhan, Roh Kehidupan, dan Roh Kudus. Masalahnya perbedaan itu tidak dipertentangkan sebab diyakini berasal dari Allah Israel, Yahwe. Roh Kudus belum dikenal dalam Perjanjian Lama. Namun aktivitasnya sangat dekat dengan Roh Allah. Sama seperti Roh Kudus sebagai awal kehidupan baru bagi manusia maka Roh Allah sudah berkarya menciptakan manusia sebelumnya. Roh Allah sebagai simbol kehadiran Allah dalam penciptaan dunia dan isinya. Roh memperlengakpi manusia sehingga mampu hidup sebagai umat Allah. Roh Allah hadir dalam kisah penciptaan, Roh yang memperlengkapi para nabi sehingga mampu bernubuat dan memberitakan kebenaran Firman Allah, Roh yang memampukan para raja melakasanakan tugas pemerintahan. Roh yang memampukan manusia melihat kehadiran kerajaan Allah di dalam Yesus.” Semua aktivitas Roh ini sesungguhnya berasal dari Allah yang sama dan termasuk Roh Kudus. [7]
Ruakh Yahweh menurut Robert Koch, dilihat sebagai kekuatan yang tidak berupa personifikasi. Di mana-manadidapati Ruakh Yahweh sebagai Roh Kudus atau Roh Tuhan bukan sebagai person yang ilahi. Melainkan hanya kekuatan yang berasal dari Allah untuk pekerjaan yang baik, besar dan mengagumkan dan membawa keselamatan.[8] Proses menjadi umat Allah dalam PB tidak sama dengan keumatan Israel. Gereja tidak memiliki unsur kebangsaan yang bersifat religious seperti Israel. Perbedaan suku, bangsa, jender, status sosial, tidak menjadi penghalang bagi kesatuan umat Allah yang hanya berdasarakan iman kepada salib Kristus (Gal.2:14). Semua orang percaya berada dalam Kristus (2. Kor. 5:17, Gal.3:29) sebagai anggota tubuh Kristus. Roh Kudus berdiam secara menetap dan merata dalam diri umat PB, untuk memampukan setiap orang percaya melayani Allah melalui karya-karya rohani (1 Kor. 12:7-11). Tetapi dalam Perjanjian Lama, babtisan Roh Kudus tidak dikenal dan memang itu merupakan perkembangan baru dalam pengalaman keselamatan umat. Tidak seperti dalam PB, jarang sekali dalam PL Roh dikaitkan dengan ‘kudus’ hanya dua kali sebutan ‘Roh Kudus’ dijumpai dalam PL (Mzm. 15:13, ‘Roh-Mu yang Kudus’; Yes. 63:10-11’Roh Kudus-Nya’) yang jauh lebih sering muncul adalah istilah ‘Roh Allah’. Baik sebutan ‘Roh Kudus’ maupun ‘Roh Allah’ rupanya hanya alternative dalam penyebutan Tuhan. Tidak jelasnya person Roh Kudus sekaligus menyiratkan kenyataan dalam PL bahwa distingsi di antara person-person dalam Ketuhanan juga seperti dalam PB. Hanya di dalam diri orang-orang PL tertentu Roh Allah berdiam dan biasanya dalam rangka bernubuat (Bil. 11:25-29) memimpin umat berperang (Hak. 6:34), memerintah umat (1 Sam. 16:13), melakukan pekerjaan yang memerlukan keahlian tertentu (Kel. 28:3, 35:30-33).[9] Peran Roh sangat penting dalam membangun persepsi yang benar tentang hubungan anatara kedua kitab Perjanjian. Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah satu kesatuan Firman Allah dan berita kesaksiannya saling melengkapi sehingga pemberitaan semakin kuat dan akurat. Penafsiran dan pandangan bisa saja berbeda tentang kedua kitab perjanjian tetapi harus diyakini bahwa satu kesatuan sebagai Firman Allah. Isinya tentang Allah dan Roh yang sama yaitu antara Roh Allah dan Roh Kudus.[10]

2.3.2.      Roh Allah dan Roh Manusia
Roh dihubungkan kepada manusia menurut Koeberle dalam penelitiannya menjelaskan tentang pengertian ‘roh manusia’:
-       Mengaktifkan manusia dalam ‘hal luar biasa’ dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Dalam satu kurun waktu (terbatas).
-       Kemampuan manusia yang dihinggapinya melakukan pekerjaan yang luar biasa secara terus menerus.
-       Pada diri manusia yang dihinggapi terdapat bagian roh itu.[11]
Roh Allah adalah suatu kekuatan atau kuasa yang datang dan berasal dari Allah sendiri dan menguasai diri manusia itu. Roh demikian inilah yang memotivasi manusia untuk bertindak dan melakukan pekerjaan-pekerjaan luar biasa atau mengagumkan. Oleh karena ruakh ini merupakan bagian dari Allah sendiri, maka dia (roh) itu digunakan juga oleh Allah dan untuk karya-karyaNya. Di dalam kebaktian umat Israel biasanya ruakh Allah itu itu aslinya diartikan sebagai suatu kekuatan tidak dalam pengertan personifikasi. Demikian juga roh manusia di dalam kebaktian selalu diartikan memegang peranan yang penting, karena kerohanian manusia bergantung pada Roh Allah. Demikian juga pekerjaan yang dikerjakan orang yang dihinggapi Roh Allah itu. Jadi di mana Roh tampil atau tampak pada manusia dengan pengaruh-Nya yang positif, maka selalu itu diartikan berasal dari Allah sendiri. Ada dua faktor yang harus dimengerti sebagai dasar dari roh itu. Pertama: arti kata dasar dari ruakh adalah napas, roh itu dikaitkan/dihubungkan dengan Allah. Apa pun aktivitas manusia sebagai pekerjaan Roh yang dimilikinya juga digunakan menjadi aktivitas Allah. Kedua: hakikat ilahi yang menjadi  atau terdapat di dalam diri manusia.[12]

2.3.3.      Roh Allah dan Roh Jahat (Roh Kegelapan)
Apakah ada hubungan antara roh jahat dengan Roh Allah. Pandangan umum bahwa kedua roh tersebut tidak mempunyai hubungan. Roh jahat tidak berhubungan dengan Roh Allah, bahkan kedua roh ini saling bertentangan dan bermusuhan. Kisah penciptaan menyaksikan tentang konfrontasi antara Roh Allah (אְלֹהֹים רוּה/ ru’ah ‘Elohim) dengan kuasa Roh Jahat (רעה רוה/ ru’ah ra’ah). Roh jahat sering dianalogikan sebagai musuh Allah adalah sumber kegelapan, kekacauan (ובהו תהו/ tohuwabohu) dan kematian (מוח/ mawet). Kisah penciptaan diawali dengan berita tentang bumi yang gelap glita kosong dan tidak berbentuk (Kej. 1:2-3). Namun dalam konteks seperti itu Allah dengan Roh-Nya hadir dan berkarya menciptakan kebaikan, keteraturan, dan kehidupan di tengah-tengah dunia yang gelap dan kacau balau tersebut. Dunia diciptakan Allah berupa tatanan yang sangat teratur menurut hukum-hukum alam.  Allah senantiasa dipuji-puji, namun di pihak lain hal-hal yang bersifat tohu wabohu  atau kacau balau tetap ada. Sumber P menyaksikan bahwa Allah mampu berbuat dan mencipta dari kekacauan menjadi keteraturan. Roh Allah sebagai keteraturan sementara Roh jahat sebagai sumber kekacauan dan kegelapan.[13] Roh-roh jahat adalah malikat-malaikat yang memberontak bersama setan.[14] Roh jahat berada di bawah Kuasa Roh Allah seperti berikut:[15]

1.      Roh Jahat di Bawah Kendali Roh Allah
Roh jahat berkuasa dalam menciptakan kegelapan, kekacauan dan kematian di tengah-tengah dunia ini. Roh jahat bersumber dari iblis mampu meruntuhkan kesetian, kebenaran, dan kehidupan manusia.jatuhnya manusia ke dalam dosa menggambarkan bahwa si iblis tampil cerdik dan lihainsehingga mampu mengalihkan manusia itu dari Allah. Meskipun demikian roh jahat berada di bawah Kuasa Roh Allah. Israel mengaku bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Kuasa, tidak ada tandingannya.meskipun iblis memiliki kuasa tetapi di dalam Tuhan iblis tak berdaya. Orang yang di dalam Tuhan dan dipenuhi Roh Allah mampu melawan kuasa iblis.

2.      Roh Jahat Berkuasa atas Orang Jahat
Kejahatan tidak hanya terjadi karena ada niat dan kesempatan tetapi karena ada barang atau bendanya. Roh jahat beraktivitas dalam hidup manusia adalah karena manusia memberikan dirinya dikuasai dan dipimpin oleh roh jahatkonteks mikro cerita tentang masuknya roh jahat ke dalam Saul adalah karena dosa dan ketidaksetiaan di hadapan Tuhan. Roh jahat hadir di dalam diri manusia bukan karena Allah tetapi karena manusia itu sendiri. Saul seharusnya seharusnya menumpas habis musuhnya Amalek dan tidak boleh menjarah harta berharga orang Amalekh (1. Sam. 15:18-19). Kemudian permusuhannya dengan Daud karena penolakan Saul dan pengangkatan Daud sehingga ketika Roh Allah pergi darinya, roh jahat ada pintu masuk menimbulkan iri hati kepada Daud.

2.4.       Peran Roh Allah
2.4.1.      Roh Allah yang Menghidupkan
Pada awal mula, Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air samudera raya (Kej. 1:2) dan ketika manusia dijadikan, ‘Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, demikian manusia menjadi makhluk hidup’ (Kej. 2:7). Pada saat Roh tinggal di dalam diri manusia, maka manusia itu hidup, dan ketika Roh itu ditarik kembali oleh Allah, maka makhluk yang  fana itu mati (Kej. 6:3. Mzm. 104:29). Tidak ada kehidupan di bumi ini yang terlepas dari Roh Allah. Di manapun manusia bertindak sewenang-wenang memusnahkan lingkungan dan membunuh makhluk hidup ia mendukakan Roh Allah (Yes.63:10).[16]

2.4.2.      Roh Allah adalah Sumber Kekuatan
Manusia adalah makhluk aktif dan proaktif dan melestarikan keteraturan ciptaan Allah. Awal penciptaan disaksikan kehadiran dan juga peran Roh Allah. Kejadian 1:1-2 dengan jelas menyaksikan bahwa roh Allah melayang-layang di atas permukaan laut. Roh jelas dihubungkan dengan pencipta. Roh itu bukanlah eksistensi yang berdiri sendiri tetapi dengan Allah. Allah sebagai sumber dan sekaligus pemilik dan Dia sendirilah Roh itu.[17]

2.4.3.      Roh Allah Sumber Kekuasaan
Kekuasaan atau kuasa adalah sesuatu hal yang dibutuhkan manusia dalam seluruh aktivitasnya. Manusia butuh kuasa agar mampu memikirkan dan melakukan hal-hal yang baik dan juga melawan kuasa-kuasa kejahatan. Manusia juga memiliki hasrat dan keinginan yang baik sehingga kuasa menjadi pilihan agar semua keinginan tercapai. Alkitab menyaksikan bahwa manusia dan umat dapat melakukan hal yang baik dan pekerjaan yang luar biasa dengan kuasa dari Allah. Roh Allah sangat identik dengan Kuasa, sehingga manusia mampu melakukan hal-hal yang diinginkan Tuhan.[18]

2.4.4.      Roh Allah Yang Meberdayakan
Roh Allah, tampaknya, sangat baik, positif, dan memperkaya. memberi orang kemampuan, kompetensi, dan kekuasaan, atau mengisi orang untuk tugas yang terampil dan kreatif. Roh dapat memberi orang banyak kekuatan kepemimpinan dan keberanian. Roh juga dapat tidak terduga, tiba-tiba dan mengejutkan. Roh dapat disalahgunakan oleh mereka yang berlari liar dan dengan sengaja, memanjakan diri secara berlebihan, di luar kendali.[19]

2.4.5.      Roh Allah Sebagai Sumber Urapan (Menjadi Pemimpin)
Urapan adalah symbol yang istimewa, diberikan bagi orang khusus dengan tugas khusus. Urapan biasanya diberikan kepada pemimpin atau raja. Raja adalah orang khusus yang memiliki tugas khusus sebagai pemimpin bangsa dan juga wakil Allah. Pengurapan adalah penetapan dan pelantikannya sebagai wakil Allah. Pelaksana dalam pengurapan itu biasanya nabi dan imam sebagai symbol Allah bahwa otoritas raja sangat tergantung kepada Allah. Raja adalah mandataris Allah sehingga harus bertangung jawab sepenuhnya kepada Allah. Orang Israel selalu menaikkan pujian dan sekaligus harapan dalam pengurapan raja, ada tiga harapan dalam pengurapan raja yaitu:
1.      Pemimpin yang kuat.
2.      Raja yang taat kepada Taurat.
3.      Raja keadilan bagi kaum miskin dan lemah.
Demi tugas tersebut seorang raja harus menerima kekuatan Roh Allah. Urapan dilakukan dengan minyak sebagai symbol bahwa Allah yang memberikan status dan jabatan itu melalui Roh yang bekerja atas mereka. Raja yang setia dalam tugas kepemimpinannya tentu raja yang dipimpin oleh Roh Allah. Allah adalah sumber urapan sedangkan imam dan nabi hanya sebagai perantara.[20]

2.4.6.      Roh Allah Sebagai Kuasa Pembaharuan
Roh Allah adalah Roh pembaharu, hal ini kita pahami bahwa ia berkuasa dalam lintas waktu dulu, sekarang, dan yang akan datang. Sebelum hari Pentakosta Yehezkiel telah berbicara tentang Roh Allah dalam nubuatnya ketika orang Israel dibuang ke Babel. Umat Israel digambarkan ibarat orang mati dan tinggal tulang-belulang yang menggambarkan eksistensi mereka yang hidup tanpa tulang belulang dan hidup tanpa pengharapan dan tanpa masa depan. Pembuangan adalah karena kesalahn , kejahatan, dan dosa umat Israel . kemarahan Allah sepertinya menghilangkan harapan orang Israel, kenyataannya dibalik kemarahan Allah dan ketidakberdayaan orang Israel dalam penderitaan itu justru memberikan pembaharuan untuk menyelamatkan umat-Nya.[21]

2.5.       Contoh Orang yang Disertai oleh Roh Allah dalam Perjanjian Lama
Berbicara tentang manusia yang disertai Roh Allah, marilah kita pertama-tama melihat beberapa contoh dari orang-orang di mana-mana Roh Alah menghasilkan kekuatan dan kemampuan. Kemudian kita berfokus dari teladan tokoh berikut:

2.5.1.      Musa
Teladan Musa yng di dalamnya adalah Roh Allah menghasilkan kombinasi kekuatan dan kerendahan hati yang luar biasa. Musa memliki jiwa semangat memimpin bangsa Israel. Musa memiliki kemampuan atau potensi yang diberikan Tuhan untuk melakukan hal-hal tertentu untuk Allah atau umat-Nya. Roh Tuhan memberdayakan dan memungkinkan Musa untuk melakukan apa yang harus  dilakukannya. Roh dihubungkan dengan peran Musa sendiri sebagai pemimpin Israel pada waktu itu. Kuasa Allah dilaksanakan melalui pribadi Musa. Dia adalah agen manusia dari Roh Allah.  Dengan memahami Musa, memberi kita model kepemimpinan yang dipenuhi oleh Roh Allah. Dia jelas seorang pemimpin yang memiliki kekuatan besar yang diberikan oleh Tuhan. Ia  melayani Allah dengan setia 'Musa setia sebagai hamba di semua rumah Allah' (Ibrani 3:5). Apa saja tanda Roh Allah dalam kepemimpinan Musa, yang dapat kita temukan dalam hal ini, Musa menjalankan kekuatan besar. Kekuatannya itu karena kerendahan hatinya tanpa kesombongan pribadi yang ada dalam dirinya. Kekuatan yang tanpa kecemburuan pribadi dan kekuatan tanpa ambisi pribadi. Kita mengenal Musa adalah sebagai seorang yang sangat rendah hati, lebih rendah dari siapa pun (Bilangan 12: 3) di muka bumi. Ini adalah kesaksian luar biasa. Kata yang diterjemahkan di sini 'rendah hati' adalah ‘anaw’ dan memang itu bisa berarti lemah lembut dan rendah hati (bd. Amsal 3:34 dan 16:19, di mana kontras dengan orang yang sombong). Di sinilah kita mengenal Musa sebagai pemimpin yang disertai oleh Roh Allah dan terlihat seorang yang disertai oleh Roh Allah menunjukkan kerendahan hati.[22] Demikian juga Yosua terus menerus dipenuhi Roh, umtuk memampukan memimpin bangsa itu. Ia dipenuhi dengan roh kebijaksanaan.

2.5.2.      Simson[23]
Simson adalah seoang tokoh Alkitab dalam Perjanjian Lama yang Roh Allah memasukinya. Dalam keadaan perang Roh Allah memasuki laki-laki dan memberikan semangat padanya hingga dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang heroic dalam perang (Hakim-hakim 14:5). Dalam perjalanan Simson bersama-sama dengan orang tuanya ke Timna, mereka sampai di kebun anggur dekat Timna tiba-tiba seekor singa mendatangi Simson dengan mengaum pertanda singa ingin menerkam dan mencelakakan Simson. Pada saat itu datanglah ruakh Yahweh menguasai Simson, dan singa itu dicabik Simson seperti orang mencabik anak kambing. Di sini jelas bahwa kekuatan Simson adalah atas bantuan Yahweh semata-mata.

2.5.3.      Gideon[24]
Dalam Hakim-hakim 6:33 menceritakan: Seluruh orang Midian. Pada waktu itu Roh Tuhan menguasi Gideon. Ditiupnyalah sangkakala dan orang-orang Abiezer dkerahkan umat mengikuti dia. Roh Tuhan turun atas Gideon dan menjadikannya seorang pemimpin yang tangguh. Sebelumnya ia adalah seorang pemuda yang pemalu yang bersembunyi di sebuah tempat pembuatan anggur karena takut akan musuh dan tidak ada kemampuan apa-apa, tapi setelah Roh Allah turun atasnya ia benar-benar berubah.

2.5.4.      Daud
Daud sejak diurapi oleh Samuel menjadi raja dan menjadi pemilik Roh Allah secara permanen yang diyakini menolong dia dalam memimpin bangsnya selaku Raja Israel.[25] Daud berdoa ag ria dipimpin oleh Roh Allah: ‘Ajarlah aku melakukan kehendakMu, sebab Engkaulah Allahku! Kirahnya RohMu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata (Mzm. 143:10). Kehadiran Roh Allah dalam diri Daud merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Teringat dengan kesalahan Daud ketika ia mengambil Batsyeba menjadi isterinya dan ia menyesal, bertobat, dan berdoa supaya Allah tidak mengambil Roh-Nya daripadanya.[26]

2.5.5.      Yehezkiel
Nabi Yehezkiel adalah seorang tokoh Alkitab yang dipenuhi oleh Roh Allah. Sebelum hari Pentakosta, Yehezkiel telah berbicara tentang Roh Allah dalam nubuatnya ketika Israel dibuang ke Babel. Umat Israel digambarkan ibarat orang mati dan tinggal tulang-belulang, yang artinya menggambarkan eksistensi mereka yang hidup tanpa pengharapan dan tanpa masa depan. Pembuangan adalah karena kesalahan, kejahatan, dan dosa bangsa Israel. Kemarahan Allah sepertinya menghilangkan harapan Israel bangkit kembali sebab Allah juga menjaga otoritas firman yang telah diucapkannya.[27] Roh tidak saja bertindak dalam alam, Ia pun berkarya dalam sejarah. Yehezkiel melihat tulang-tulang kering yang berserakan, sebagai lambing umat Yahudi yang kalah di peperangan dan mati di pembuangan (Yeh. 37:2). Roh/Ruakh diberikan Tuhan sehingga mereka hidup kembali dan mengenal Tuhan (Yeh. 37:5,8-10,14).[28]
Salah satu nabi yang berbicara tentang Roh Kudus adalah nabi Yehezkiel (Yeh. 3:12, 24; 11:24; 37:1). 36:27; 39:29). Pemberian Roh dalam batin bukan didasarkan pada kehendak dan pertobatan Israel, tetapi karena nama-Nya yang kudus (36:22-23; 39:25). Karena kehormatan nama-Nya, TUHAN bertindak memberikan hati baru dan roh baru, menjauhkan hati yang keras, memberikan hati yang lembut, memberikan Roh-Nya, dan memampukan umat-Nya untuk hidup dalam ketetapan-Nya. Ini adalah inisiatif TUHAN kepada umat Israel untuk membuktikan kepada leluruh bangsa dan ciptaan-Nya bahwa Ia benar-benar kudus.[29]

2.6.       Roh Allah dan Hidup Spritualitas
Kata spiritual memiliki akar kata spirit yang berarti roh. Kata ini berasal dari bahasa latin, spiritus, yang berarti nafas. Selain itu kata spiritus dapat mengandung arti sebuah bentuk alkohol yang dimurnikan. Sehingga spiritual dapat diartikan sebagai sesuatu yang murni. Diri kita sebenarnya adalah roh itu. roh bisa saja diartikan sebagai energi kehidupan, yang membuat kita tetap hidup, bernafas dan bergerak. Spiritual berarti pula segala sesuatu di luar fisik kita, termasuk pikiran, perasaan, dan karakter kita. Kecerdasan spiritual berarti kemampuan kita untuk dapat mengenal dan memahami diri kita sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang kita jalani dan kemanakah kita akan pergi.[30]Spritualitas menunjuk bentuk kehidupan rohani yang dilandasi oleh bimbingan Roh Kudus sendiri. Spritualitas Kristiani selalu menunjuk hidup rohani yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk semakin mengimani dan mencintai Tuhan Yesus Kristus dan semakin berkembang dalam iman, pengharapan, dan kasih. Spritualitas hidup yaitu hidup dalam tuntunan Roh Kudus dalam mengembangkan iman atau umat Allah atau Gereja-Nya.[31]
Spiritualitas berasal dari kata Ibrani ‘Ruach’ atau roh. Kata ini mencakup serangkaian makna termasuk spirit yang luas maknanya yaitu ‘nafas’ dan ‘angin’ (Kej. 1:2; Yeh. 37:1-14; Yun. 1:4; Zak. 4:6). Kalau berbicara tentang spirit berarti kita membahas sesuatu yang memberikan kehidupan maupun semangat bagi seseorang. Maka dari itu, ‘spritualitas’ berkaitan dengan kehidupan iman yakni mendorong dan memotivasinya. Spiritualitas juga mengangngkut apa yang memberi semangat terhadap kehidupan orang beriman serta menolong manusia untuk memperdalam  dan menyempurnakan apa yang tidak ia mampu.[32] Ke-Imanenan Allah akan menjadi nyata bila kehendak-Nya dinyatakan oleh-Nya (Mzm. 104:139). Kej. 1:2 adalah pemakaian pertama kata ruakh dengan arti menunjuk kepada Roh Allah. Roh Allah adalah nafas kehidupan dari Tuhan.[33]  Ciri-ciri hidup yang dipenuhi Roh adalah memperoleh karunia yang luar biasa, seperti menyembuhkan orang sakit, membuat mujizat, bernubuat, dan berbicara dalam Bahasa Roh. Dalam hal ini Yesuslah memang yang benar-benar dipenuhi oleh Roh Allah. Bagimana mengetahui hidup dipimpin oleh Roh Allah? Yaitu nampak ketika seseorang itu hidup dalam tuntunan Tuhan. Roh Allah bekerja bagi orang-orang yang mau dipimpin oleh Roh Allah. Roh Kudus mengajar kita membawa kepada kebenaran, memberi kuasa untuk bersaksi, dan dituntun untuk hidup  kudus Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang hidupnya telah diubah oleh pengaruh Roh Kudus dan firman, sehingga dia menjadi orang yang suka akan kekudusan. Karena dipenuhi Roh Kudus, dengan sendirinya orang tersebut tidak menyukai hal yang palsu, yang tidak benar, yang tidak suci, dan yang menyeleweng. Dan dituntuntun untuk hidup dalam kerendahan hati.[34]

2.7.       Apakah Roh Allah Bisa Pergi dari Manusia?
Roh Allah sangat baik, positif, dan memperkaya. memberi orang kemampuan, kompetensi, dan kekuasaan, atau mengisi orang untuk tugas yang terampil dan kreatif. Roh dapat memberi orang banyak kekuatan kepemimpinan dan keberanian. Roh juga tidak dapat terduga  tiba-tiba dan mengejutkan. Roh dapat disalahgunakan oleh mereka yang berlari liar dan dengan sengaja, di luar kendali. Dan Roh dapat ditarik dari mereka yang bertahan dalam ketidakpatuhan atau kebodohan.[35] Seperti Saul adalah seorang raja yang pada awalnya diurapi Tuhan, hingga ketika Tuhan ‘melemparkan’ dia dari takhta kerajaan, tetap dan terus menerus dihinggapi Roh Tuhan, dan setelah ruakh Yahweh meninggalkan dia, maka roh jahat menguasai dirinya dan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Dalam keadaan kritis, roh itu menuntun Saul untuk melakukan pembunuhan terhadap calon penggantinya yaitu Daud.[36]
Semenjak ia mendengar perkataan umat bahwa Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa. Setelah Saul mendengar perkataan dan nyanyia ini ia menjadi cemburu. Mungkin nanti Daud akan dinobatkan menjadi raja. Saul mengangkat Daud menjadi kepala pasukan seribu dengan pengharapan suapay Daud tewas dalam peperangan. Tetapi Daud berhati-hati dan bertindak bijaksana sehingga ia bisa mengalahkan musuh. Saul juga berencana untuk membunuh Daud tetapi Yonatan membela Daud dan menyelamatkannya. Di sinilah nampak seorang Saul yang pernah dimasuki Roh Allah bisa juga dimasuki roh lain.[37] Setelah ketidaktaatan dan kebodohan Saul yang semakin meningkat. Jadi kita diberitahu bahwa Roh Allah telah pergi dari Saul ... (1 Samuel 16:14), dan sebagai gantinya roh yang sangat berbeda menimpa Saul dengan izin Allah, roh yang mengambil bentuk suasana hati yang gelap, depresi dan kecemburuan yang membunuh, dan juga bisa dikaitkan dengan fenomena aneh 'bernubuat' (1 Samuel 18: 10-11).[38]

2.8.       Roh Allah dan Hidup Spiritualitas Diperhadapkan dengan Pandangan Christopher J. H. Wright Knowing the Holy Spirit Through the Old Testament
Kita sudah mengetahui bahwa Roh Allahlah yang memimpin manusia untuk melakukan sebuah kebenaran, memimpin seseorang untuk memimpin bangsa. Semua kekuatan itu berasal dari Allah dan manusialah yang dipakai Allah untuk melakukan tugasnya. Dalam buku Christopher J. H. Wright Knowing the Holy Spirit Through the Old Testament Bab 2 Tentang Roh Yang Memberdayakan memberikan pemahaman kepada kita bahwa Roh Allah dalam Perjanjian Lama umumnya dikaitkan dengan kuasa, karena Allah yang alkitabiah tidak berarti apa-apa jika tidak efektif dalam tindakan dan membawa perubahan! Memang, ketika orang Israel berbicara tentang Roh Yahweh, sering kali itu sekadar cara untuk mengatakan bahwa Allah sendiri menggunakan kekuatannya di bumi secara langsung, atau lebih umum melalui agen manusia. Roh Tuhan adalah kekuatan Tuhan untuk bekerja, baik dalam tindakan langsung, atau memberdayakan orang untuk melakukan apa yang Tuhan ingin lakukan. 'Memberdayakan orang'. Saat itulah masalahnya dimulai. Sebab manusia bukan mesin atau robot.[39]
Kita adalah orang-orang yang telah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengambil keputusan kita sendiri tentang berbagai hal dan menggunakan pilihan kita sendiri. Itulah kekuatan yang Tuhan berikan kepada kita ketika Dia menciptakan kita, dan sayangnya manuasia menyalahgunakannya sejak awal. Manusia mengambil kekuasaan ke tangannya sendiri dengan memberontak terhadap otoritas Allah, menolak instruksi-Nya, dan memilih untuk memutuskan bagi diri sendiri apa yang akan mereka anggap baik dan jahat. Dalam hal ini yaitu mengenai Kejatuhan manusia dalam dosa Kej. 3. Setiap aspek kehidupan manusia (spiritual, fisik, intelektual, emosional dan sosial), telah rusak oleh dosa. Jadi semua kekuatan yang kita banggakan, secara rohani, adalah kelemahan kita, kelemahan dari sifat manusia yang berdosa. Namun manusia seperti kita yang dipilih Tuhan untuk diberdayakan melalui Roh-Nya. Adam dan Hawa dalam Alkitab yang diberdayakan Allah sama berdosa dengan kita semua karena dosa yang dilakukannya. Dengan satu-satunya pengecualian yaitu Yesus Kristus yang dipenuhi oleh Roh Allah yang menyelamatkan manusia dari dosa. Untuk mengatakan bahwa seseorang dipenuhi atau diberdayakan oleh Roh Allah tidak berarti mereka tidak berdosa atau bahwa semua yang mereka lakukan selanjutnya adalah sempurna secara moral atau tepatnya apa yang diinginkan Allah dalam setiap hal. Karena ketika kekuatan Allah dan kelemahan manusia digabungkan dalam satu manusia yang berdosa, hasilnya tidak selalu dapat diprediksi, dan kadang-kadang sangat ambigu. Alasannya adalah bahwa orang tersebut, bahkan ketika diberdayakan oleh Roh Allah, masihlah manusia yang jatuh dan berdosa seperti kita.  Jika itu benar dalam Alkitab, berapa banyak lagi yang masih berlaku sampai sekarang? Marilah kita pertama-tama melihat beberapa contoh dari orang-orang di mana Roh Allah menghasilkan kekuatan dan kemampuan. Kemudian kita akan berfokus pada teladan Musa, yang di dalamnya Roh Allah menghasilkan kombinasi kekuatan dan kerendahan hati yang luar biasa. Ketika beberapa orang dalam Perjanjian Lama dikatakan memiliki Roh Allah, itu berarti bahwa mereka memiliki kemampuan, atau kompetensi, atau kekuatan yang diberikan Allah untuk melakukan hal-hal tertentu untuk Allah atau untuk umat-Nya. Inilah peran Roh Allah:

2.8.1.      Memberikan Kekuatan dan Kemampuan[40]
Tentu kita mengenal Bezaleel dan Aholiab (Kel. 31). Karena ini adalah orang-orang pertama dalam Alkitab yang digambarkan dipenuhi dengan Roh Allah. Apa yang dipenuhi dengan Roh Allah dalam kehidupan mereka? Mereka diberikan kemampuan untuk menjadi pengrajin, bekerja di bidang logam dan kayu dan batu mulia, dan semua jenis desain artistik dan untuk dapat mengajar orang lain keterampilan yang diberikan kepada mereka. Kemudian Musa berkata kepada orang Israel, Lihat, Allah telah memilih Bezalel putra Uri, putra Hur, dari suku Yehuda, dan dia telah mengisinya dengan Roh Allah, dengan keterampilan, kemampuan, dan lambang tombol dalam segala jenis kerajinan untuk membuatberbagai rancangan supaya dikerjakan dari emas, perak, dan tembaga. Untuk mengasah batu permata suapay ditatah, untuk mengukir kayu dan untuk bekerja dalam segala macam pekerjaan. Juga Aku telah menetapkan Aholiabbin Ahisamakh dari suku Dan; dalam hati setiap ahli telah kuberikan keahlian.  Allah telah mengisi mereka dengan keterampilan untuk melakukan semua jenis pekerjaan sebagai pengrajin, desainer, menyulam dengan benang biru, ungu dan merah dan kain linen halus, dan penenun, jadi mereka diberi ilmu pengetahuan. Jadi Bezaleel, Aholiab, dan setiap orang yang terampil adalah pemeberian Allah. Allah telah memberikan keterampilan dan kemampuan untuk mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan membangun gedung suci adalah melakukan pekerjaan seperti yang diperintahkan oleh Allah (Kel. 35:30-35). Dalam hal ini kita mengetahui bahwa manusia diberikan oleh Roh Allah kemampuan dan keterampilan yang mampu menciptakan sesuatu. Semua kemampuan Bezaleel dan Aholiab adalah karena kuasa Roh Allah yang memampukannya.
Dalam hal ini juga kita melihat bahwa merka yang membangun kemah suci yang diberikan Allah kekuatan kepada mereka. Seperti Cerita penciptaan, menggambarkan Allah sendiri sebagai Pengrajin Guru universal, yang bersukacita dalam kebaikan dan keindahan dari semua yang telah dirancang dan dieksekusi dengan begitu mengagumkan. Teks ini mendorong kita untuk percaya bahwa Roh Allah yang sama yang bekerja dalam penciptaan juga bekerja dalam arti yang lebih luas: dalam semua orang yang dipenuhi roh Allah sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah, memperkaya dunia kita dengan segala jenis kreativitas dalam seni, musik, desain penuh warna, keahlian yang indah.

2.8.2.      Memberikan Kekuatan dengan Kerendahan Hati[41]
Dalam Bil. Pasal 11-14. Ini adalah periode khusus dalam kehidupan Musa yang penuh pergolakan. Kita akan melihat rujukan ke Roh Allah. Tidak banyak, tentu saja, dan kisah hidup Musa sering merujuk pada Roh Allah. Orang Israel sama sekali tidak ragu bahwa Allah telah aktif melalui Roh-Nya dalam kehidupan dan pekerjaan Musa. Ketika ia membawa bangsa Israel dari Laut Taberau berjalan dari tengah. Di sini misalnya ketika Musa membawa umat-Nya menyeberangi laut Taberau. Roh Kudus-Nya ditempatkan di antara mereka untuk bisa dipimpin oleh  Musa dalam menyeberangi laut tersebut. Beginilah cara Musa menuntun umatNya, mereka tidak tersandung mereka diberi istirahat oleh Roh Allah. Bagian yang sama, sedikit sebelumnya, mengatakan bahwa orang-orang di larael memberontak dan mendukakan Roh Kudus-Nya (Yes. 6: 10). Ini adalah dua dari sedikit kesempatan ketika memahami  Roh Allah di Masa Perjanjian Lama. Bahwa fokus utama dari kehadiran Roh dalam perhitungan ini adalah pada tindakan pembebasan yang dilakukan oleh Allah pada bangsa Israel. Dengan demikian Roh dikaitkan dengan peran Musa sendiri sebagai pemimpin bangsa Israel. Kuasa Allah dilaksanakan melalui pribadi Musa. Musa lah agen manusia dari Roh Allah. Musa memiliki kekuatan besar yang dipenuhi Roh Allah yang hidup tanpa kesombongan tapi karena kerendahan hati.

1.      Memberikan Kekuatan Tanpa Kesombongan[42]
Musa adalah orang yang sangat rendah hati daripada orang lain di muka bumi ini (Bil.12:13). Musa adalah orang yang memiliki kekuatan luar biasa. Kata yang diterjemahkan di sini 'rendah hati' adalah 'anaw’ dan memang itu bisa berarti lemah lembut dan rendah hati (mis. Dalam Amsal 3:34 dan 16:19, di mana kontras dengan orang yang sombong). Kata itu menggambarkan orang-orang yang rendah hati karena beberapa kesengsaraan. Musa adalah seorang pemimpin, dan seorang yang sangat hebat. Namun Musa adalah seorang pelayan, dan seorang yang sangat rendah hati. Seorang pemimpin dan seorang pelayan. Seorang hamba-pemimpin. Rahasia kekuatan Musa terletak pada Roh Allah, dan rahasia kerendahan hatinya terletak pada kurangnya kemandiriannya.
Kembali beralih pada Bil. 11 yang menggambarkan hanya satu dari banyak krisis yang harus dihadapi Musa. Ketika ia tidak mampu lagi untuk memberi makan umat Allah. Mengenal Musa dengan Kerendahan hatinya, Musa mendengar bangsa itu menangis dari setiap kaum di depan pintu kemahnya, TUHAN menjadi sangat marah, dan Musa gelisah. Dia bertanya kepada TUHAN, 'MengapaEngkau memperlakukan hambaMu buruk dan Mengapa aku tidak mendapat kasih karunia di MatMu sehingga Engkau membebankan tanggung jawab atas seluruh bangsa ini? Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau akulah yang melahirkannya sehingga Engkau berkata kepadaku :Pangkulah dia..membawa mereka ke tanah Perjanjian. Di mana saya bisa mendapatkan daging untuk semua orang ini? Mereka terus meraung-raung kepada saya, "Beri kami daging untuk dimakan!" Saya tidak bisa membawa semua orang ini sendirian; Ini terlalu berat untukku. Jika ini caramu memperlakukan aku, bunuh aku sekarang juga jika aku menemukan kebaikan di matamu dan jangan biarkan aku menghadapi kehancuranku sendiri. (Bilangan 11: 10-15) ('jika kamu mencintaiku, bunuh aku sekarang) demikianlah ungkap Musa kepada Allah.[43] Dia tidak menemukan jaminan dengan kekuatannya sendiri. Sebaliknya, dia berbalik kepada Tuhan medan hal  ini adalah hal terbaik yang harus dilakukan, karena seperti yang kita ketahui, Tuhan sudah membuat langkah selanjutnya. Dalam hal inilah TUHAN berfirman kepada Musa, 'Bawakan aku tujuh puluh tua-tua Israel yang dikenal bagimu sebagai pemimpin dan pejabat di antara orang-orang. Buatlah mereka bersatu ke Kemah Pertemuan, supaya mereka dapat berdiri di sana bersama kamu. Saya akan turun dan berbicara dengan Anda di sana, dan saya akan mengambil Roh yang ada pada Anda dan menempatkan Roh ke atas mereka. Mereka akan membantu Anda memikul beban orang-orang sehingga Anda Bilangan 11: 16-17) tidak harus memikulnya sendirian.
Dalam hal ini dapat Mengetahui dan diberikan dua wawasan tentang Kerendahan Hati Musa: [44]

1)      Bergantung Kepada Roh Allah
Roh Allah ada 'di atas Musa'. Bahkan Musa tampaknya tidak mengetahuinya. Musa merasa tidak mampu memberikan makan bangsa Israel pada waktu perjalanan ke Tanah Kanaan. Dalam hal inilah kita mengetahui bahwa apa pun yang mungkin atau tidak mungkin terjadi, hanya kuasa Roh Allah yang dapat mencapainya, karena di luar kuasa Musa untuk membuat sesuatu terjadi karena kuasa Roh Allah. Tapi itulah pelajaran yang kita pelajari di sini. Ketidakberdayaan pribadi justru merupakan peluang bagi kekuatan Allah. Paulus juga telah mempelajari pelajaran ini dengan sangat teliti dalam kariernya yang hancur sebagai misionaris. Keyakinan seperti ini adalah milik kita melalui Kristus di hadapan Allah. Bukan berarti kita kompeten dalam diri kita untuk mengklaim apa pun untuk diri kita sendiri, tetapi kompetensi kita [atau kecukupan] berasal dari Tuhan .. kita memiliki harta ini dalam guci-guci tanah liat untuk menunjukkan bahwa kekuatan yang melampaui semua ini adalah dari Tuhan dan bukan dari kita . (2 Korintus 3: 4-5: 4: 7).

2)      Menerima Roh Allah Bersama dengan Orang Lain
Musa tidak hanya bergantung pada Allah untuk dirinya sendiri secara pribadi, tetapi juga bergantung pada bantuan orang lain, kepada siapa Allah akan memberikan bagian dari Roh yang sama seperti yang dimiliki Musa. Kepemimpinan yang dipenuhi semangat menjadi kepemimpinan bersama. Sebenarnya, ini membutuhkan lebih banyak kerendahan hati daripada ketergantungan pada Tuhan saja. Mempercayai orang lain, yang (kita diminta untuk percaya) juga memiliki Roh Tuhan, terasa seperti proposal yang jauh lebih meragukan. Tetapi itu adalah salah satu tanda Roh Kudus di dalam setiap orang yang adalah seorang hamba-pemimpin seperti Musa sehingga mereka cukup rendah hati untuk mengenali karunia-karunia Allah dalam diri orang lain, dan berbagi kepemimpinan dengan mereka. Pride berkata, 'Jika itu bukan saya dan kekuatan saya, maka setidaknya biarkan itu menjadi hak eksklusif saya untuk kekuatan Tuhan. Jika saya tidak bisa melakukannya sendiri, maka biarkan Tuhan melakukannya, tetapi pastikan itu melalui saya dan tidak ada orang lain. ' Kerendahan hati berkata, 'Jika Tuhan tahu dan saya melakukan hal itu, saya tidak bisa melakukan ini sendirian, maka biarkan Tuhan memberikan penolong yang dipenuhi Roh untuk- semakin saya semakin baik mereka membutuhkannya sama seperti saya membutuhkan Tuhan. Musa  mengumpulkan tujuh puluh tua-tua mereka dan menyuruh mereka berdiri di sekeliling Kemah.

2.      Memberikan Kekuasaan Tanpa Cemburu
Lalu pergilah Musa dan memberi tahu orang banyak yang difirmankan Tuhan. Dia mengumpulkan tujuh puluh tua-tua dan menyuruh mereka berdiri di sekeliling kemah. Lalu TUHAN turun dari awan dan berbicara dengan dia, dan Ia mengambil Roh yang ada pada-Nya dan meletakkan Roh itu di atas tujuh puluh tua-tua. Ketika Roh beristirahat di atas mereka, mereka bernubuat, tetapi mereka tidak melakukannya lagi. Musa tidak perlu iri pada orang lain. Dia tidak perlu berdiri di atas otoritasnya, atau statusnya, atau pra-rogatifnya. Dia tidak perlu memonopoli Roh Allah atau kuasa yang diberikan Roh. Dia bisa menggunakan kekuatan dengan kerendahan hati karena dia memegang kekuasaan tanpa cemburu. Ada paradoks yang terkenal bahwa sikap suka memerintah sering kali merupakan tanda ketidakamanan. Mereka yang tidak merasa aman dengan identitas dan hubungan mereka sendiri mengimbangi ketidakcukupan batin dengan otoritarianisme luar yang berlebihan.

3.      Memberikan Kekuatan Tanpa Ambisi
Orang-orang mencapai perbatasan Tanah Perjanjian. Mata-mata dikirim dalam Bilangan 13. Tetapi mayoritas laporan dipenuhi dengan alarm sehingga orang menolak untuk melangkah lebih jauh. Jadi dalam pasal 14 kita menemukan orang-orang Israel memberikan lubang lagi untuk menggerutu endemik mereka melawan Musa. Pada awalnya mereka mengusulkan untuk memilih pemimpin lain dan kembali ke Mesir. Tetapi ketika Musa dan Harun, bersama dengan Yosua dan Kaleb, mencoba membujuk mereka untuk tidak memberontak melawan TUHAN dan untuk maju ke negeri itu, segalanya menjadi lebih buruk secara keseluruhan ketika seluruh majelis berbicara tentang melempari mereka dengan batu. Kemudian kemuliaan TUHAN muncul di Kemah Pertemuan untuk semua orang Israel. TUHAN berkata kepada Musa, 'Berapa lama orang-orang ini akan memperlakukan saya dengan jijik? Berapa lama mereka akan menolak untuk percaya kepada saya, terlepas dari semua tanda ajaib yang telah saya lakukan di antara mereka? Aku akan menjatuhkan mereka dengan tulah dan membinasakan mereka, tetapi Aku akan membuat kamu menjadi bangsa yang lebih besar dan lebih kuat dari pada mereka. Bilangan 14: 10-12) Bukan untuk pertama kalinya, Tuhan mengusulkan untuk menghancurkan orang-orang ini dan memulai dari awal lagi dengan Musa . Dalam Keluaran 32-34, pada kesempatan kemurtadan Israel yang menghebohkan dengan anak lembu emas, tepat di kaki Gunung Sinai sementara Musa di sana mendapatkan Sepuluh Perintah, hal yang sama telah terjadi. Allah dalam amarah menyarankan untuk menyingkirkan bangsa yang berjumlah.

2.9.    Analisa Penyeminar
Berbicara ruakh Elohim dalam Perjanjian Lama yaitu bahwa Ia tidak nampak (tidak kelihatan) dan karena itu hadir dimana-mana. Dalam hal ini Perjanjian Lama mengungkapkan bahwa Yahwe adalah Allah yang bernafas, Allah yang hidup, Allah yang bertindak. Dan bahwa sebagai Allah yang demikian, Ia adalah sumber hidup dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Hal ini dapat kita lihat dalam permulaan Kitab Suci (Kej. 2:7): “Tuhan Allah menghembuskan nafas hidup (nesyema) kehidupan (nefesy chayya). Dimana  Allah ada, dimana Ia hadir dan bertindak, disitu “ruach”-Nya aktif, bekerja. Penyeminar melihat dan memahami bahwa Roh Allah dalam Perjanjian Lama sebagai simbol kehadiran Allah dalam penciptaan dunia dan isinya. Roh memperlengakpi manusia sehingga mampu hidup sebagai umat Allah. Roh Allah lah yang meberikan kekuatan kepada manusia kemampuan untuk memimpin, roh Allah yang memberi kekuasaan, dan memberdayakan manusia untuk melakukan yang sesuai dengan kehendak Allah. Menurut buku Christopher J. H. ‘Knowing the Holy Spirit Through the Old Testament’ yang membahas Roh Yang Memberdayakan bahwa pekerjaan Roh Allah itu yaitu Memberi kekuatan dan kemampuan, memberikan kekuatan dengan kerendahan hati, memberikan kekuatan tanpa kesombongan dan dibutuhkan manusia untuk bergantung kepada Tuhan, dan memberikan kekuatan tanpa rasa cemburu kepada orang lain.
Roh Allah juga ternyata bisa pergi dari hidup manusia yang di mana pada mulanya seseorang itu sudah dipenuhi oleh Roh Allah namun ketika ia tidak bisa mengendalikan dirinya akan mudah dimasuki Roh lain. Misalnya ketika seseorang cemburu kepada orang lain, maka ia akan melakukan kejahatan yaitu niat ingin membunuh. Hal ini dapat kita lihat dari kisah Saul yang di mana Roh Allah ada padanya untuk memimpinnya, namun karena rasa cemburunya kepada Daud yang akan menjadi Raja, akhirnya timbul kecemburuan dan kejahatan dari pada dirinya dan Roh Allah itu pergi darinya hingga Roh jahat menguasainya dan berkeinginan untuk membunuh Daud. Tetapi Roh Allah ada pada Daud sehingga Daud bisa bijaksana dalam menghadapi Saul dan kemudian ia ditolong oleh Yonatan.
Dalam hal ini juga mengetahui Roh Allah dalam Perjanjian Lama memberikan sebuah pemahaman kepada kita bahwasanya seseorang yang dipenuhi Roh Allah itu adalah orang yang rendah hati, rendah hati disebut sebagai sikap bergantung kepada Allah, tidak ada kesombongan atau merasa seluruh kekuatannyalah yang dimilikinya untuk melakukan sesuatu, tapi dalam hal ini bergantung kepada Tuhan dimaknai bahwa ia sadar bahwa dirinya lemah, dan tidak mampu jika ia sendiri yang ia andalkan. Kemampuannya tidak cukup untuk membawa sebuah bangsa ke Tanah Perjanjian yaitu kisah Musa. Tetapi penuh ketidaksiapan, kekhawatiran yang disampaikan kepada Allah adalah suatu bentuk kerendahan hati seseorang yang akan dipenuhi Roh Allah. Roh Allah memampukan manusia untuk hidup rendah hati dan bergantung kepada Tuhan.

III.   Kesimpulan
Dari hasil pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Roh Allah (אְלֹהֹים רוּה/ ru’ah ‘Elohim) adalah angin, nafas. Ia tidak nampak (tidak kelihatan) dan karena itu Ia hadir dimana-mana. PL mengatakan bahwa Yahwe adalah Allah yang bernafas, Allah yang hidup, Allah yang bertindak. Dan bahwa sebagai Allah yang demikian, Ia adalah sumber hidup dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Roh allah memberikan kekuatan dan kemampuan kepada manusia untuk hidup, Roh Allah memberikan manusia untuk bernubuat, untuk membaharui hidup, untuk rendah hati,untuk mengasihi.

IV.   Daftar Pustaka
Abineno, J. Cl.,  Pokok-pokok Penting Iman Kristen, Jakrta: BPK-Gunung Mulia, 2015
Abineno, J.L Ch, Roh Kudus dan Pekerjaan-Nya, BPK:Gunung Mulia, 1982
Bakker, F.L., Sejarah Kerajaan Allah I Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2007
Barth, Marie Claire,  Hati Allah Bagaikan Hati Seorang Ibu, Jakarta: BPK-GM, 2006
Douglas, J., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I M-Z ,
Koch, Robert,  Geist und Messias. Beitrag Zur Biblichen Theologi Des Alten Testamenta, Wen: 1950
Koeberle, J.,  Gottegeist and Menschengeist im AT”, di dalam NKZ
Kuswandani, Ana Budi,  10 Langkah Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual, Jakarta:PT Pustaka Delapratosa, 2003
Lassor W. S.,  Dkk, Pengantar Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2007
Martasudjita, Emanuel, Spritualits Hidup dalam Konpendium tentang Prodiakon, Yogyakarta: Kanisius, 2010
McGrath, Alister E.,  Spritualitas Kristen Sebuah Introduksi, Medan: Bina Media Perintis, 2007
Nuban Timo, Ebenhaizer I.,  Aku Memahami yang Aku Imani Memahami Allah Tritunggal, Roh Kudus, dan Karunia-karunia Roh Secara Bertanggung Jawab  Jakarta: BPK-GM, 2009
Prince, Derek, Roh Kudus dalam Diri Anda, Yogyakarta: Pekabaran Injil Imanuel, 1994
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar I, Yogyakarta: Andi, 1991         
Sagala, Mangapul, Roh Kudus dan Karunia-karunia Roh, Jakarta: Perkantas, 2000
Saragih, Agus Jetron ,Teologi Perjanjian Lama dalam Isu-isu Kontekstual, Medan: Bina Media Perintis, 2015
Siahaan, S. M.,  Ruakh dalam Perjanjian Lama,  Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2012
Smalley, S. S., Roh dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2 M-Z, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2005
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2006
Wright, Christopher J. H., Knowing the Holy Spirit Through the Old Testament, Intervarsity: PRESS, 2006
Yongky, Karman,  Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2007


[1] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 50
[2] J. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I M-Z , 116
[3] J.L Ch. Abineno, Roh Kudus dan Pekerjaan-Nya, (BPK:Gunung Mulia, 1982),15
[4] W. S. Lassor Dkk, Pengantar Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 2007) 284
[5] J. Cl. Abineno, Pokok-pokok Penting Iman Kristen, (Jakrta: BPK-Gunung Mulia, 2015)
[6]  Agus Jetron Saragih, Teologi Perjanjian Lama dalam Isu-isu Kontekstual, (Medan: Bina Media Perintis, 2015), 12
[7] Agus Jetron Saragih, Teologi Perjanjian Lama…., 12-13
[8] Robert Koch, Geist und Messias. Beitrag Zur Biblichen Theologi Des Alten Testamenta, (Wen: 1950), 29
[9] Karman Yongky, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 2007),  123
[10] Agus Jetron Saragih, Teologi Perjanjian Lama…., 13
[11] J. Koeberle, Gottegeist and Menschengeist im AT”, di dalam NKZ 1903, 525-526  
[12] S. M. Siahaan, Ruakh dalam Perjanjian Lama,  (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2012),7
[13] Agus Jetron Saragih, Teologi Perjanjian Lama…., 24-25
[14] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar I, (Yogyakarta: Andi, 1991), 228
[15]  Agus Jetron Saragih, Teologi Perjanjian Lama…., 27-30
[16] Marie Claire Barth, Hati Allah Bagaikan Hati Seorang Ibu, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 193
[17] Agus Jetron Saragih, Teologi Perjanjian Lama…., 14
[18] Agus Jetron Saragih, Teologi Perjanjian Lama…., 17
[19] Christopher J. H. Wright, Knowing the Holy Spirit Through the Old Testament, (Intervarsity: PRESS, 2006), 42 
[20] ..., Ibid, 21
[21] …., Ibid, 22-23
[22]  Christopher J. H. Wright, Knowing the Holy Spirit Through the Old Testament, 44
[23] M. Siahaan, Ruakh dalam Perjanjian Lama,  45-46
[24] Derek Prince, Roh Kudus dalam Diri Anda, (Yogyakarta: Pekabaran Injil Imanuel, 1994) 12
[25] M. Siahaan, Ruakh dalam Perjanjian Lama,  50
[26] Mangapul Sagala, Roh Kudus dan Karunia-karunia Roh, (Jakarta: Perkantas, 2000), 7
[27] Agus Jetron Saragih, Teologi Perjanjian Lama, 23
[28] Marie Claire Barth, Hati Allah Bagikan hati Seorang Ibu, 193
[29] Agus Jetron Saragih, Teologi Perjanjian Lama, 23
[30] Ana Budi Kuswandani, 10 Langkah Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual, (Jakarta:PT Pustaka Delapratosa, 2003), 6
[31] Emanuel Martasudjita, Spritualits Hidup dalam Konpendium tentang Prodiakon, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 27
[32] Alister E. McGrath, Spritualitas Kristen Sebuah Introduksi, (Medan: Bina Media Perintis, 2007), 2
[33] S. S. Smalley, Roh dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2 M-Z, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2005), 317
[34] Ebenhaizer I. Nuban Timo, Aku Memahami yang Aku Imani (Memahami Allah Tritunggal, Roh Kudus, dan Karunia-karunia Roh Secara Bertanggung Jawab), (Jakarta: BPK-GM, 2009) , 23
[35]  Christopher J. H. Wright, Knowing the Holy Spirit Through the Old Testament, 42
[36] M. Siahaan, Ruakh dalam Perjanjian Lama,  50
[37] F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah I Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 475
[38]  Christopher J. H. Wright, Knowing the Holy Spirit Through the Old Testament,42
[39]  Christopher J. H. Wright, Knowing the Holy Spirit Through the Old Testament, Intervarsity: PRESS, 2006), 35-36
[40] Christopher J. H. Wright, Knowing the Holy Spirit Through the Old Testament,37-39
[41] Christopher J. H. Wright, Knowing the Holy Spirit Through the Old Testament, 44
[42] …., ibid, 44
[43]  Christopher J. H. Wright, Knowing the Holy Spirit Through the Old Testament, 46
[44]  Christopher J. H. Wright, Knowing the Holy Spirit Through the Old Testament, 48