Senin, 02 Desember 2019

Pertumbuhan Gereja Secara Misiologis


PERTUMBUHAN GEREJA SECARA MISIOLOGIS
I.              Pendahuluan
Gereja adalah lembaga persekutuan orang percaya yang dibentuk oleh Allah berdasarkan kasih Kristus. Di dalam persekutuan tersebut hidup anggota-anggota tubuh Kristus yang bergerak bersama dengan sebuah komitmen untuk hidup di dalam kebenaran firman Allah. Gerak kehidupan orang percaya bukan untuk sebuah tujuan yang sifatnya duniawi tetapi gerak kehidupan dinamis dan memiliki dimensi kekekalan. Tujuan kehidupan yang dibangun di dalam persekutuan tersebut adalah memuliakan Nama Tuhan Yesus sebagai ungkapan syukur atas anugerah kehidupan dan keselamatan. Gereja yang telah dihadirkan Allah di dunia melalui kehadiran Roh Kudus haruslah bertumbuh secara misiologis seperti yang akan kita bahas dalam paper kali ini.

II.           Pembahasan
2.1.  Pengertian Pertumbuhan Gereja
Kata pertumbuhan memiliki kata dasar tumbuh, yang artinya adalah timbul (hidup) dan bertambah besar atau sempurna. Sedangkan pertumbuhan itu sendiri adalah perkembangan atau kemajuan.[1] “ekklesia” yang artinya “memanggil keluar”, dan ini sering digunakan untuk  berkumpul beribadah secara umum.  Kata “ekklesia” juga ditafsirkan dari penggunaan kata “ek” berarti: keluar dari sekumpulan orang-orang.” Jadi, gereja yang didasarkan kepada istilah “ekklesia” adalah pertemuan orang-orang yang dipanggil keluar dari sebuah kumpulan kepada kumpulan yang baru untuk mencapai tujuan bersama ditempat yang telah ditentukan.[2] Kata Gereja juga gedung atau rumah tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen. Dengan demikian pertumbuhan Gereja adalah gerakan yang semakin maju, berakar, bertumbuh, berbuah dan berkembang dalam pemberitaan Injil.[3]

2.2.   Kehadiran Gereja dan Dasar Pertumbuhannya
Alkitab mencatat bahwa sejarah kelahiran Gereja dimulai setelah kejadian pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Setelah kejadian itu, Petrus berkhotbah (penginjilan) dan orang-orang yang menerima Firman itu meminta dirinya untuk dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (pertumbuhan Gereja). Lalu mereka membentuk persekutuan dan bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, serta berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa, seperti yang biasanya Yesus lakukan. Kis 2:41-42. Petrus dan Yohanes banyak melakukan pengajaran dan penginjilan atau bermisi. Orang-orang yang mendengar ajaran Petrus dan Yohanes, banyak orang yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka bertambaha banyak  (pertumbuhan Gereja). Para rasul memilih pemimpin-pemimpin untuk menolong mereka mengatur kehidupan jemaat perdana. Filipus memberitakan firman sampai ke kota Samaria (penginjilan), banyak orang yang yang dengan bulat hati menerima firman itu. Dan mereka yang percaya. Rasul Paulus serta teman-temannya penginjilan ke daerah-daerah di luar Yerusalem. Sejarah gereja sesudah dunia Perjanjian Baru juga memberikan bukti-bukti penting bagaimana peranan penginjilan dalam pertumbuhan Gereja.[4] Gereja bertumbuh bukan didasarkan kepada kebutuhan dan keinginan manusia.  Dasar pertumbuhan gereja adalah karena kehendak Allah, pekerjaan Roh Kudus, dan pertumbuhan kehidupan kerohanian orang Kristen secara pribadi.[5] Pertumbuhan gereja adalah kehendak Allah karena Allah sendirilah yang menghendaki agar gereja-Nya bertumbuh.[6]

2.3.  Kehadiran dan Pertumbuhan Gereja Sebagai Karya Roh Kudus
2.3.1.      Roh Kudus  dan Pekabaran Injil
Dalam Kisah Para Rasul, Roh Kudus sebagai dinamika pertumbuhan gereja tampak dalam hal-hal berikut ini: Pertama, Roh Kudus memberi kuasa kepada murid-murid untuk bersaksi mulai dari kota Yerusalem sampai ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8). Kedua, Roh Kudus memenuhi rasul-rasul untuk memberitakan nama Tuhan Yesus dengan berani hati kepada orang banyak dan menggerakkan orang-orang untuk bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 2-4). Ketiga, Roh Kudus menambahkan jumlah orang-orang percaya dengan orang-orang yang diselamatkan (Kisah Para Rasul 2:47). Keempat, Roh Kudus memenuhi orang-orang percaya sehingga mereka dapat memberitakan firman Allah dengan berani hati (Kisah Para Rasul 3:31). Kelima, Roh Kudus mendisiplin orang percaya sehingga mereka hidup dalam ketakutan akan Allah (Kisah Para Rasul 5). Keenam, Roh Kudus mengkhususkan para pemberita Injil, yaitu Barnabas dan Paulus dan mengutus mereka ke luar untuk memberitakan Injil ke berbagai pelosok dunia sehingga banyak orang percaya dan berdirilah gereja-gereja lokal (Kisah Para Rasul 13).[7] Dengan demikian yang memberi kuasa untuk mengabarkan Injil untuk bersaksi adalah Roh Kudus. Roh Kudus yang menentukan strategi PI itu yang mengatasi segala rintangan, mendukung orang-orang percaya untuk bersaksi dan membuat para penerima kesaksian itu mengambil keputusan untuk percaya. Oleh sebab itu Misiologi bekaitan erat dengan Roh Kudus.  Di sini hendaknya jelas bagi kita bahwa manusia bukanlah subjek dalam PI tetapi subjek PI itu adalah Kristus itu sendiri melalui Roh Kudus. Sebagai saksi, maka kesaksian kita bukan hanya verbal, yaitu melalui perkataan tetapi juga melalu perbuatan dan tingkah laku kita terhadap manusia.[8]

2.3.2.      Hakekat Pertumbuhan Gereja adalah Pertobatan
Jika dilihat dari segi pertumbuhan Gereja dalam keutuhannya baik intensif maupun intensif, maka inti dari semuanya adalah karena pertobatan. Di dalam PB dikenal 2 istilah untuk mengungkapkan pertobatan, yaitu metanoia dan epistrophe, kedua istilah ini pada hakikatnya tidak berbeda maknanya, tetapi ada perbedaan nuansa. Suatu pembalikan yang lama/kegelapan dan terarah kepada yang baru/terang. Ungkapan dari kata lain Pertobatan ialah seperti ‘menyangkal diri’ ‘menanggung salib’ dan ‘dilahirkan kembali’. Menanggalkan peranghai manusia lama dan memakai peranghai yang baru atau berpaling dari kuasa iblis kepada kuasa Allah. Pertobatan diperlukan dalam pertumbuhan Gereja, baik dalam aspek ekstensif maupun intensifnya. Hanya melalui pertobatan yang terus-menerus  kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia dan bergerak ke arah tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.[9]
2.3.3.      Pertobatan adalah Karya Roh Kudus
Dalam pertumbuhan Gereja dilihat dari pertobatan seseorang dan mau menjdi pengikut Kristus. Seseorang yang bertobat, maka ia melepaskan diri dari segala ikatan lampau yang diikat dosa dan memutuskan memasuki sesuatu yang total baru bersama Kristus. Sebagai subjek PI, maka Roh Kudus pula yang menjembatani jarak antara saksi dan penerima berita. Melalui karya Roh sajalah yang didengar itu beroleh makna dari hati si penerima dan kemudian Dia pulalah yang meberi kekuatan kepada si penerima berita itu untuk mengambil kepeutusan percaya. Pertobatan dengan demikian merupakan proses pembaharuan yang terus menerus yang terarah kepada penyempurnaan yang masih akan datang. Sam seperti gereja selaku persekutuan dalam kesempurnaannya; suatu keberadaan eskatologis, terarah dalam pengharapan, namun masih dalam perjalanan ziarah. Pertumbuhan Gereja serta pemberitaan Injil menjadikan manusia menjadi manusia baru dan ciptaan baru di dalam Kristus. Dan jelas di sini tidak ada satu pun kekuatan di dunia yang memungkinkan itu, tapi hanya karena kuasa Roh Kudus. Dan rahasia karya Roh Kudus ini berjalan terus sejak seseorang mendengar berita sukacita itu sampai ia menyatakan secara terbuka penerimaannya melalui babtisan dan terus bekerja di dalam persekutuan baru, yaitu Gereja yang merupakan persekutuan yang bersaksi, melayani, dan bertumbuh di dalam Kristus.[10]

2.4.  Pertumbuhan Gereja Secara Misiologis
Gereja bukan hanya sekedar mempunyai misi, tetapi seluruh kehidupan gereja itu adalah untuk misi. Oleh sebab itu bisa dikatakan bahwa jati diri gereja adalah misi yang berjalan supaya Gereja tersebut bertumbuh. Gereja itu baru benar-benar gereja apabila ia adalah gereja yang misioner. Orientasi gereja adalah dunia. Ia adalah di dalam dunia dan diutus ke dalam dunia. Dunia adalah sasaran misi Allah. Allah mengutus puteraNya Yesus Kristus ke dalam dunia; lalu sang Kristus mengutus gereja ke dalam dunia ini untuk memberitakan kabar baik itu. Jelaslah bahwa misi gereja adalah berpartisipasi dalam misi Allah yang sedang mentransformasikan seluruh alam ciptaan menuju “langit baru dan bumi baru”.[11]
Jika ditelaah pertumbuhan gereja secara historis-missiologis, maka sumber pertama tidak lain dari Kitab Kisah Para Rasul (KR). Kitab KR ini memberikan kepada kita lintasan sejarah pertumbuhan gereja-dalam kedua aspeknya-sejak awal. Yang sangat mencolok dari kisah pertumbuhan di situ: Pertama, gereja yang semula terbatas di kalangan Yahudi, kemudian mampu keluar dari keyahudiannya-dengan segala pembatasannya-dan menjadi gereja dari segala bangsa. Kedua, injil lalu disampaikan/diberitakan dengan menggunakan (memanfaatkan) bahasa dan pola pikir yang beragam untuk dapat mencapai semua orang. Kita ingat pola yang digunakan oleh Rasul Paulus, seperti yang diutarakannya dalam 1 Kor. 9:19-2:
-       Bagi orang-orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi;
-       Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat;
-       Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah;
-       Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya.
Ketiga, kemampuan gereja berdialog dengan lingkungannya (konteksnya) memungkinkan gereja menemukan pola komunikasi yang efektif, luwes, tetapi tetap dalam keteguhan iman yang konsisten.[12]
Berbicara tentang pertumbuhan Gereja, sering kita hanya melihat pertumbuhan Gereja itu secara pertambahan jumlah atau kuantitas saja, sehingga berkesimpulan kalau Gereja itu tidak bertumbuh kalau  jumlah anggotanya tidak bertambah. Tidak hanya sebatas pemahaman itu saja, tapi juga Gereja yang bertumbuh itu ketika mereka bisa hidup bersama-sama saling mendukung dan memberitakan Injil pada orang lain.[13] Pertumbuhan gereja alamiah adalah kemampuan gereja sebagai organisme hidup, yang  mempunyai kemampuan atau potensi untuk bertumbuh. Pertumbuhan ini tidak dapat dilakukan oleh manusia. Potensi partumbuhan gereja adalah anugerah, diberikan oleh Allah bagi semua gerejaNya. Tugas kita (manusia dan segala strateginya) adalah menyingkirkan penghalang yang merintangi pertumbuhan gereja. Jika gereja sehat, maka secara alamiah gereja pasti bertumbuh.[14]
Pekabaran Injil akan dianggap sukses jikalau banyak orang yang menyerahkan diri kepada Kristus, banyak jiwa-jiwa yang dapat di tangkap dan diselamatkan. Ada 3 aspek yang perlu diliat dalam memahami pertumbuhan Gereja secara Misiologis: Pertama, aspek kuantitas (jumlah) : apakah jumlah orang percaya atau di baptiskan makin meningkat. Kedua, aspek kualitas (mutu) : apakah orang-orang yang percaya/dibaptiskan itu menampakkan kedewasaan imannya dalam sikap hidup dan perbuatan sebagai wujud pertobatan/pembaharuan hidup. Ketiga, aspek penyebaran (ekspansi): apakah persekutuan orang-orang yang percaya/dibaptiskan itu menyebar sehingga gereja-gereja baru muncul dan tumbuh meliputi daerah yang lebih luas. Ketiga aspek pertumbuhan ini dapat dibedakan, tetapi tidak di pisahkan. Ada keterkaitan satu terhadap yang lain dan saling menentukan. Pertumbuhan gereja yang sehat akan terjadi ketika aspek itu berkembang secara simultan dan seimbang. Kuantitas adalah penting dan mudah untuk diukur, namun aspek kualitas juga tidak kalah penting. Pertumbuhan kedua aspek itu akan memungkinkan terjadinya perkembangan gereja-gereja secara geografis. Setiap usaha untuk memprioritaskan salah satu aspek akan mengerdilkan pertumbuhan aspek lainnya. Kekuatan gereja tidak semata-mata terletak pada jumlah anggota. Banyaknya anggota yang tidak “bermutu” cenderung akan melemahkan kehidupan gereja itu sendiri, sebab mereka tidak lebih bagaikan “pasien-pasien” rohani yang menjadi beban perawatan. Sedangkan perawatan yang dilakukan oleh gereja harus dilihat sebagai situasi darurat/temporor, yaitu “dirawat untuk dapat merawat, dan dilayani untuk dapat melayani”. Suatu prinsip pendidikan yang bersifat Alkitabiah yang harus diberlakukan.[15]
                        Pertumbuhan Gereja secara misiologis, yaitu gereja yang memasyurkan Injil yaitu perintah Kristus itu sendiri didorong juga dengan semangat Gereja itu sendiri untuk bermisi. Gereja tidak memiliki tujuan pada dirinya sendiri, akan tetapi dengan adanya misi untuk menyatakan kehadiran Allah di dunia. Allah memelihara Gereja di dunia untuk terus bertumbuh dan berkembang secaramisiologis. Dalam hal ini Gereja yang telah dipelihara oleh Allah sebagai ladang misi, tidak boleh hanya sebagi penonton saja tetapi ia harus turut bekerja mengambil bagian dalam kehidupan orang lain untuk memberitakan syaloom. Pemasyuran Injil dengan perantaraan Firman berarti bahwa, orang Kristen harus memberitakan kabar baik kepada orang lain yang bukan Kristen dan bersaksi tentang imannya. Pemasyuran Injil atau misi juga harus dilakukan dengan perbuatan sebagai gereja yang bermisi misalnya menolong orang yang gelandangan, miskin, dan yang belum mengenal Injil. Kemudian memperkenalkan Injil kepada mereka bahwa di dalam Kristus semuanya diperhatikan, dicukupkan, dan di selamatkan oleh-Nya.[16] Membangun Gereja yang bertumbuh secara misiologis kita harus mengambil sebuah metode pendekatan yaitu memenangkan kaum elite masyarakat (raja, kepala suku, pimpinan, agama, dan kepala adat), memenangkan persahabatan dengan orang yang belum mengenal Injil, peningkatan taraf hidup masyarakat, membuat usaha pendidikan atau sekolah bagi mereka yang membutuhkan, pelayanan medis, dan pemberitaan Firman.[17]

2.5.       Tujuan Pertumbuhan Gereja Secara Misiologis
1.      Pertumbuhan Gereja ke Dalam
Dalam Efesus 4:13, 14 disebutkan, bahwa Gereja harus sampai kepada kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Dengan demikain, Gereja bukan lagi anak-anak yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angina pengajaran. Tapi Gereja harus berani bertumbuh di dalam dengan makin bertambah-tambah di dalam kedewasaan iman dan pengetahuan tentang Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ke dalam itu pertama-tama harus menjadikan Gereja berakar benar-benar kepada Kristus, sehingga Gereja menjadi kuat sentosa. Demikian para anggota Gereja harus bersama-sama berkembang serta bertambah-tambah di dalam kesempurnaan keyakinan. Dengan demikian para anggota Gereja dapat bersatu, hidup dengan damai, dan hidup saling meneguhkan iman.[18]
Ada prinsip-prinsip pembangunan pertumbuhan gereja di tinjau dari fungsi ke dalam dari gereja:[19]
-       Prinsip pelayanan yang seimbang pengajaran, kesaksian,dan penginjilan
Di dalam membangun pertumbuhan Gereja secara misiologis di dalam Gereja diperlukan adanya keseimbangan antra pengajaran, kesaksian, dan penginjilan di dalam Gereja tersebut, mendekati jemaat yang belum terbuka hatinya untuk Kristus. Dengan demikian hal ini memberikan jalan dalam pertumbuhan Gereja itu sendiri.
-       Prinsip keseimbangan kualitas-kuantitas
Dua aspek ini adalah penting. Tuhan menginginkan banyak orang percaya dan pengikutnya, dan,dan Dia mengharapkan orang-orang percaya yang kuat serta para pengikut yang taat. Kualitas harus diciptakan untuk bisa untuk menghasilkan kuantitas, dan kuantitas harus di dapat untuk bisa menghasilkan kualitas.
-       Prinsip keseimbangan pertambahan-pelipatgandaan
Pelipatgandaan adalah mutlak penting untuk mencapai ide yang alkitabiah, berkaitan pertumbuhan gereja Perjanjian Baru. Gereja harus didirikan di semua negeri, diantara semua bangsa dan masyarakat, dan diusahakan agar bisa dilihat dan di dengar dimana pun sehingga semua orang mempunyai priorotas untuk mengenal berita injil.
-       Prinsip keseimbangan pemusatan-pelipatgandaan
Ekspansi adalah satu tuntutan penting. Konsentrasi bersifat sementara dan memiliki tujuan. Konsentrasi bukanlah ciri esensial dari injil atau kekristenan dan tidak harus menjadi kebiasaan. Ekspansi menjadi ciri penting dari injil dan kekristenan. Karena itu, gereja yang hidup menganggap penting ekspansi. Gereja merupaka satu organisme hidup, dan pertumbuhan serta pelipatgandaan menjadi bagian dari keberadaannya.
-       Prinsip penginjilan yang seimbang-luas cakupan dan intensitas
Maksud penginjilan ekstensif (menyeluruh) ialah berkaitan dengan lingkup dan intensitasnya dalam penginjilan. Ia mencakup geografi, masyarakat dan budaya. Dimana ada penginjilan secara khusus-penginjilan anak-anak, penginjilam bagi anak-anak belas tahun serta bagi pemuda, penginjilan bagi pelajar dan mahasiswa, dan sebagainya.
2.      Pertumbuhan Gereja ke Luar
Bersamaan dengan pertumbuhan Gereja yang ke dalam, Gereja harus juga tumbuh ke luar, yaitu dengan perantaraan pemasyhuran Injil. Perjanjian Baru dengan jelas sekali menghubungkan Gereja dengan Pemashuran Injil atau bermisi ke luar. (Mat. 5:13, 14 di mana Gereja dipandang sebagai terang dunia dan Mat 28:19-20).
Ay.19. Pergilah!Yesus dengan jelas memberi perintah kepada murid-muridNya untuk pergi menjangkau jiwa. Untuk memenuhi Amanat Agung, kita tidak bisa tinggal di dalam zona kenyamanan kita. Tetapi kita harus pergi mencari jiwa yang terhilang. Kita harus pergi memberitakan kabar gembira.
Ay.19. Jadikanlah semua bangsa murid-Ku! Perintah yang kedua adalah menjadikan semua bangsa murid Yesus. Yang artinya kita harus memuridkan target jiwa tersebut. Sebelum memuridkan orang lain, tentunya kita juga harus menjadi murid Yesus terlebih dahulu. Semua bangsa bukan pekerjaan yang mudah, tetapi dengan bantuan jemaat Tuhan yang rindu melayani, pasti akan mempengaruhi penginjilan kita.
Ay.19. Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus! Baptisan air melambangkan kematian kita terhadap dosa, dan bersama dengan Kristus kita dibangkitkan untuk hidup baru (Rom.6:3-4). Perintah ketiga adalah perintah untuk membaptis. Untuk itulah kita juga harus mengajar target jiwa kita untuk memberi dirinya dibaptis.
Ay.20. Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu! Perintah keempat yang Yesus berikan kepada kita adalah perintah untuk mengajar. Pengajaran sangat penting untuk mengkokohkan iman seseorang, untuk itulah kita juga harus mengorbankan waktu, tenaga dan materi untuk mengajar target jiwa kita.[20]

III.        Refleksi Teologis Bagi Kehidupan Bergereja
Menjadi refleksi Teologis bagi kita terkhusus dalam kehidupan bergereja, kita sebagai calon hamba Tuhan. Kita beranjak dari Amanat Agung Yesus dalam Matius 20:19-20 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Gereja yang hidup dan bertumbuh adalah gereja yang bermisi yang menjadikan bangsa-bangsa yang belum mengenal Injil menjadi percaya dan Gereja yang dengan sungguh-sungguh dan setia mencoba menjalankan setiap aspek kebenaran firman Tuhan di dalam kesehariannya. Memang itu bukan hal yang gampang, tetapi bukan tidak mungkin dicapai dan dilakukan. Peranan misi dan gereja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan di mana panggilan gereja lokal untuk misi sangat jelas di Alkitab. Untuk itu penting untuk mengarahkan gereja menjadi gereja misioner. Beberapa hal yang menjadi penyebab gereja tidak berubah menjadi gereja misioner adalah pertama, karena para gembala lebih memilih untuk mengikuti apa yang menjadi keinginan jemaat daripada keinginan Tuhan. Yang kedua, adalah ketika rasa belas kasihan (compassion) tidak lagi ada sehingga menjadi serupa dengan dunia. Alasan ketiga, gereja seringkali hanya terlalu disibukkan oleh masalah-masalah internal saja, dan yang keempat, gereja seringkali hanya membuat banyak rencana tetapi lambat dalam melaksanakannya. Sehingga dengan alas an ini gereja sulit bertumbuh secara misiologis.
Berbicara mengenai gereja yang belum bertumbuh secara misiologis, bisa kita lihat pada konteks sekarang ini. Gereja-gereja yang hanya terfokus dengan zona nyamannya saja yang tak pernah berpikir dalam dunia misi. Inilah menjadi titik kelemahan kita. Gereja yang bertumbuh ketika Gereja itu bisa lebih baik dahulu mengajar, mendidik, mendekatkan diri mereka kepada Tuhan di dalam dirinya kemudian menyampaikan kabar baik ke luar dirinya (bermisi). Namun ini masih sedikit yang melakukan. Bahkan kelemahan dari suatu pertumbuhan Gereja di dalam pun masih belum berjalan baik. Kepemimpinan seorang pelayan yang masih menggembalakan beberapa jemaat yang tidak secara keseluruhan atau 100 %. Jika gereja bertumbuh secara misiologis, gereja harus membenahi dirinya sendiri terlebih dahulu, merangkul semua anggota jemaat, bahkan tidak ada yang terabaikan. Dengan demikian Gereja yang sudah dibenahi tentu pasti bertumbuh dan berkembang bahkan melakukan penginjilan ke luar atau sebagai Gereja yang bertumbuh secara misiologis. Untuk mendukung pertumbuhan Gereja secara Misiologis gereja harus melakukan strategi untuk memenangkan jemaat untuk mengenal Injil yaitu dengan melakukan pendekatan persahabatan, merangkul, dan melakukan pelayanan medis, serta pendidikan.
IV.        Kesimpulan
Dari hasil pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan Gereja secara Misiologis adalah Gereja yang memiliki kemauan untuk membenahi dirinya kemudian beranjak menjadi gereja yang misioner yang mengasihi menolong orang-orang yang belum mengenal Injil atau orang-orang yang terabaikan. Dalam hal ini Gereja yang bertumbuh tentu pasti gereja yang berakar, berbuah, dan berkembang yang memberikan jalan kepada orang-orang yang belum mengenal Injil untuk selamat. Membangun Gereja yang bertumbuh secara misiologis kita harus mengambil sebuah metode pendekatan yaitu memenangkan kaum elite masyarakat, memenangkan persahabatan dengan orang yang belum mengenal Injil, peningkatan taraf hidup masyarakat, membuat usaha pendidikan atau sekolah bagi mereka yang membutuhkan, pelayanan medis, dan pemberitaan Firman

V.           Daftar Pustaka
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996
Ukur, F., Pertumbuhan Gereja Suatu Telaah Historis-Misiologis
Soertaman, Pertumbuhan Gereja Suatu Tinjauan Historis-Misiologis,
Doeka, Amelia Luise, Studi Aplikatif Delapan Prinsip Pertumbuhan Gereja Alamiah, Makassar:  Tesis Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2005
Peters, George W., Teologi Pertumbuhan Gereja, Malang: Gandum Mas, 2013
Berkhof,  H. & L. H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1990
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015
Djadi, Jermia, Diktat Teologi Pertumbuhan Gereja, Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray,2012
Berkhof, Louis, Teologi Sistematika-Doktrin Gereja Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997
Wongso, Peter, Tugas Gereja Dan Missi Masa Kini Surabaya: YAKIN, 2000


[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) , 1220
[2] Louis Berkhof, Teologi Sistematika-Doktrin Gereja (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997),  5-7
[3] Kamus Besar Bahasa Indonesia,  
[4] H. Berkhof  & L. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1990), 314
[5] Peter Wongso, Tugas Gereja Dan Missi Masa Kini (Surabaya: YAKIN, 2000), 66
[6] Jermia Djadi, Diktat Teologi Pertumbuhan Gereja, (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray,2012), 32.  
[7] Jermia Djadi, Diktat Teologi Pertumbuhan Gereja, 32-33
[8] F. Ukur, Pertumbuhan Gereja Suatu Telaah Historis-Misiologis, 13
[9] F. Ukur, Pertumbuhan Gereja Suatu Telaah Historis-Misiologis, 13-14
[10]  F. Ukur, Pertumbuhan Gereja Suatu Telaah Historis-Misiologis, 14
[11] F. Ukur, Pertumbuhan Gereja Suatu Telaah Historis-Misiologis, 2
[12] F. Ukur, Pertumbuhan Gereja Suatu Telaah Historis-Misiologis, 2
[13] F. Ukur, Pertumbuhan Gereja Suatu Telaah Historis-Misiologis, 1
[14] Amelia Luise Doeka, Studi Aplikatif Delapan Prinsip Pertumbuhan Gereja Alamiah, (Makassar:  Tesis Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2005), 8
[15]  Soertaman, Pertumbuhan Gereja Suatu Tinjauan Historis-Misiologis, 15-16
[16] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 386-387
[17]  F. Ukur, Pertumbuhan Gereja Suatu Telaah Historis-Misiologis, 7-8
[18] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015), 385
[19] George W. Peters, Teologi Pertumbuhan Gereja, (Malang: Gandum Mas, 2013), 231-244
[20] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 385

Tidak ada komentar:

Posting Komentar