PERTUMBUHAN
GEREJA SECARA MISIOLOGIS
I.
Pendahuluan
Gereja adalah lembaga persekutuan
orang percaya yang dibentuk oleh Allah berdasarkan kasih Kristus. Di dalam
persekutuan tersebut hidup anggota-anggota tubuh Kristus yang bergerak bersama
dengan sebuah komitmen untuk hidup di dalam kebenaran firman Allah. Gerak
kehidupan orang percaya bukan untuk sebuah tujuan yang sifatnya duniawi tetapi
gerak kehidupan dinamis dan memiliki dimensi kekekalan. Tujuan kehidupan yang
dibangun di dalam persekutuan tersebut adalah memuliakan Nama Tuhan Yesus
sebagai ungkapan syukur atas anugerah kehidupan dan keselamatan. Gereja yang telah dihadirkan Allah di dunia melalui
kehadiran Roh Kudus haruslah bertumbuh secara misiologis seperti yang akan kita
bahas dalam paper kali ini.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Pertumbuhan Gereja
Kata pertumbuhan
memiliki kata dasar tumbuh, yang artinya adalah timbul (hidup) dan bertambah
besar atau sempurna. Sedangkan pertumbuhan itu sendiri adalah perkembangan atau
kemajuan.[1] “ekklesia”
yang artinya “memanggil keluar”, dan ini sering digunakan untuk berkumpul beribadah secara umum. Kata “ekklesia” juga ditafsirkan dari
penggunaan kata “ek” berarti: keluar dari sekumpulan orang-orang.” Jadi, gereja
yang didasarkan kepada istilah “ekklesia” adalah pertemuan orang-orang yang
dipanggil keluar dari sebuah kumpulan kepada kumpulan yang baru untuk mencapai
tujuan bersama ditempat yang telah ditentukan.[2] Kata
Gereja juga gedung atau rumah tempat berdoa dan melakukan upacara agama
Kristen. Dengan demikian pertumbuhan Gereja adalah gerakan yang semakin maju,
berakar, bertumbuh, berbuah dan berkembang dalam pemberitaan Injil.[3]
2.2.
Kehadiran
Gereja dan Dasar Pertumbuhannya
Alkitab mencatat
bahwa sejarah kelahiran Gereja dimulai setelah kejadian pencurahan Roh Kudus
pada hari Pentakosta. Setelah kejadian itu, Petrus berkhotbah (penginjilan) dan
orang-orang yang menerima Firman itu meminta dirinya untuk dibaptis dan pada
hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (pertumbuhan Gereja).
Lalu mereka membentuk persekutuan dan bertekun dalam pengajaran rasul-rasul,
serta berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa, seperti yang biasanya Yesus
lakukan. Kis 2:41-42. Petrus dan Yohanes banyak melakukan pengajaran dan
penginjilan atau bermisi. Orang-orang yang mendengar ajaran Petrus dan Yohanes,
banyak orang yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka bertambaha banyak (pertumbuhan Gereja). Para rasul memilih
pemimpin-pemimpin untuk menolong mereka mengatur kehidupan jemaat perdana.
Filipus memberitakan firman sampai ke kota Samaria (penginjilan), banyak orang
yang yang dengan bulat hati menerima firman itu. Dan mereka yang percaya. Rasul
Paulus serta teman-temannya penginjilan ke daerah-daerah di luar Yerusalem.
Sejarah gereja sesudah dunia Perjanjian Baru juga memberikan bukti-bukti
penting bagaimana peranan penginjilan dalam pertumbuhan Gereja.[4] Gereja
bertumbuh bukan didasarkan kepada kebutuhan dan keinginan manusia. Dasar
pertumbuhan gereja adalah karena kehendak Allah, pekerjaan Roh Kudus, dan
pertumbuhan kehidupan kerohanian orang Kristen secara pribadi.[5] Pertumbuhan gereja
adalah kehendak Allah karena Allah sendirilah yang menghendaki agar gereja-Nya bertumbuh.[6]
2.3.
Kehadiran dan Pertumbuhan Gereja Sebagai Karya Roh
Kudus
2.3.1.
Roh Kudus dan
Pekabaran Injil
Dalam Kisah Para
Rasul, Roh Kudus sebagai dinamika pertumbuhan gereja tampak dalam hal-hal
berikut ini: Pertama, Roh Kudus
memberi kuasa kepada murid-murid untuk bersaksi mulai dari kota Yerusalem
sampai ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8). Kedua, Roh Kudus memenuhi rasul-rasul untuk memberitakan nama Tuhan
Yesus dengan berani hati kepada orang banyak dan menggerakkan orang-orang untuk
bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 2-4). Ketiga, Roh Kudus menambahkan jumlah
orang-orang percaya dengan orang-orang yang diselamatkan (Kisah Para Rasul
2:47). Keempat, Roh Kudus memenuhi
orang-orang percaya sehingga mereka dapat memberitakan firman Allah dengan
berani hati (Kisah Para Rasul 3:31). Kelima,
Roh Kudus mendisiplin orang percaya sehingga mereka hidup dalam ketakutan akan
Allah (Kisah Para Rasul 5). Keenam,
Roh Kudus mengkhususkan para pemberita Injil, yaitu Barnabas dan Paulus dan
mengutus mereka ke luar untuk memberitakan Injil ke berbagai pelosok dunia
sehingga banyak orang percaya dan berdirilah gereja-gereja lokal (Kisah Para
Rasul 13).[7] Dengan
demikian yang memberi kuasa untuk mengabarkan Injil untuk bersaksi adalah Roh
Kudus. Roh Kudus yang menentukan strategi PI itu yang mengatasi segala
rintangan, mendukung orang-orang percaya untuk bersaksi dan membuat para
penerima kesaksian itu mengambil keputusan untuk percaya. Oleh sebab itu
Misiologi bekaitan erat dengan Roh Kudus.
Di sini hendaknya jelas bagi kita bahwa manusia bukanlah subjek dalam PI
tetapi subjek PI itu adalah Kristus itu sendiri melalui Roh Kudus. Sebagai
saksi, maka kesaksian kita bukan hanya verbal, yaitu melalui perkataan tetapi
juga melalu perbuatan dan tingkah laku kita terhadap manusia.[8]
2.3.2.
Hakekat Pertumbuhan Gereja adalah Pertobatan
Jika dilihat
dari segi pertumbuhan Gereja dalam keutuhannya baik intensif maupun intensif,
maka inti dari semuanya adalah karena pertobatan. Di dalam PB dikenal 2 istilah
untuk mengungkapkan pertobatan, yaitu metanoia
dan epistrophe, kedua istilah ini
pada hakikatnya tidak berbeda maknanya, tetapi ada perbedaan nuansa. Suatu pembalikan
yang lama/kegelapan dan terarah kepada yang baru/terang. Ungkapan
dari kata lain Pertobatan ialah seperti ‘menyangkal diri’ ‘menanggung salib’
dan ‘dilahirkan kembali’. Menanggalkan peranghai manusia lama dan memakai
peranghai yang baru atau berpaling dari kuasa iblis kepada kuasa Allah.
Pertobatan diperlukan dalam pertumbuhan Gereja, baik dalam aspek ekstensif
maupun intensifnya. Hanya melalui pertobatan yang terus-menerus kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah
Dia dan bergerak ke arah tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus.[9]
2.3.3.
Pertobatan adalah Karya Roh Kudus
Dalam
pertumbuhan Gereja dilihat dari pertobatan seseorang dan mau menjdi pengikut
Kristus. Seseorang yang bertobat, maka ia melepaskan diri dari segala ikatan
lampau yang diikat dosa dan memutuskan memasuki sesuatu yang total baru bersama
Kristus. Sebagai subjek PI, maka Roh Kudus pula yang menjembatani jarak antara
saksi dan penerima berita. Melalui karya Roh sajalah yang didengar itu beroleh
makna dari hati si penerima dan kemudian Dia pulalah yang meberi kekuatan
kepada si penerima berita itu untuk mengambil kepeutusan percaya. Pertobatan
dengan demikian merupakan proses pembaharuan yang terus menerus yang terarah
kepada penyempurnaan yang masih akan datang. Sam seperti gereja selaku
persekutuan dalam kesempurnaannya; suatu keberadaan eskatologis, terarah dalam
pengharapan, namun masih dalam perjalanan ziarah. Pertumbuhan Gereja serta pemberitaan Injil menjadikan manusia
menjadi manusia baru dan ciptaan baru di dalam Kristus. Dan jelas di sini tidak
ada satu pun kekuatan di dunia yang memungkinkan itu, tapi hanya karena kuasa
Roh Kudus. Dan rahasia karya Roh Kudus ini berjalan terus sejak seseorang
mendengar berita sukacita itu sampai ia menyatakan secara terbuka penerimaannya
melalui babtisan dan terus bekerja di dalam persekutuan baru, yaitu Gereja yang
merupakan persekutuan yang bersaksi, melayani, dan bertumbuh di dalam Kristus.[10]
2.4.
Pertumbuhan Gereja Secara Misiologis
Gereja bukan
hanya sekedar mempunyai misi, tetapi seluruh kehidupan gereja itu adalah untuk
misi. Oleh sebab itu bisa dikatakan bahwa jati diri gereja adalah misi yang
berjalan supaya Gereja tersebut bertumbuh. Gereja itu baru benar-benar gereja
apabila ia adalah gereja yang misioner. Orientasi gereja adalah dunia. Ia
adalah di dalam dunia dan diutus ke dalam dunia. Dunia adalah sasaran misi
Allah. Allah mengutus puteraNya Yesus Kristus ke dalam dunia; lalu sang Kristus
mengutus gereja ke dalam dunia ini untuk memberitakan kabar baik itu. Jelaslah
bahwa misi gereja adalah berpartisipasi dalam misi Allah yang sedang
mentransformasikan seluruh alam ciptaan menuju “langit baru dan bumi baru”.[11]
Jika ditelaah pertumbuhan
gereja secara historis-missiologis, maka sumber pertama tidak lain dari Kitab
Kisah Para Rasul (KR). Kitab KR ini memberikan kepada kita lintasan sejarah
pertumbuhan gereja-dalam kedua aspeknya-sejak awal. Yang sangat mencolok dari
kisah pertumbuhan di situ: Pertama,
gereja yang semula terbatas di kalangan Yahudi, kemudian mampu keluar dari
keyahudiannya-dengan segala pembatasannya-dan menjadi gereja dari segala bangsa.
Kedua, injil lalu
disampaikan/diberitakan dengan menggunakan (memanfaatkan) bahasa dan pola pikir
yang beragam untuk dapat mencapai semua orang. Kita ingat pola yang digunakan
oleh Rasul Paulus, seperti yang diutarakannya dalam 1 Kor. 9:19-2:
-
Bagi orang-orang
Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi;
-
Bagi orang-orang
yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah
hukum Taurat;
-
Bagi orang-orang
yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah;
-
Bagi semua orang
aku telah menjadi segala-galanya.
Ketiga, kemampuan gereja berdialog dengan lingkungannya
(konteksnya) memungkinkan gereja menemukan pola komunikasi yang efektif, luwes,
tetapi tetap dalam keteguhan iman yang konsisten.[12]
Berbicara
tentang pertumbuhan Gereja, sering kita hanya melihat pertumbuhan Gereja itu
secara pertambahan jumlah atau kuantitas saja, sehingga berkesimpulan kalau
Gereja itu tidak bertumbuh kalau jumlah
anggotanya tidak bertambah. Tidak hanya sebatas pemahaman itu saja, tapi juga
Gereja yang bertumbuh itu ketika mereka bisa hidup bersama-sama saling
mendukung dan memberitakan Injil pada orang lain.[13] Pertumbuhan
gereja alamiah adalah kemampuan gereja sebagai organisme hidup, yang mempunyai kemampuan atau potensi untuk
bertumbuh. Pertumbuhan ini tidak dapat dilakukan oleh manusia. Potensi
partumbuhan gereja adalah anugerah, diberikan oleh Allah bagi semua gerejaNya.
Tugas kita (manusia dan segala strateginya) adalah menyingkirkan penghalang
yang merintangi pertumbuhan gereja. Jika gereja sehat, maka secara alamiah
gereja pasti bertumbuh.[14]
Pekabaran Injil akan
dianggap sukses jikalau banyak orang yang menyerahkan diri kepada Kristus,
banyak jiwa-jiwa yang dapat di tangkap dan diselamatkan. Ada 3 aspek yang perlu
diliat dalam memahami pertumbuhan Gereja secara Misiologis: Pertama, aspek kuantitas (jumlah) : apakah jumlah orang percaya
atau di baptiskan makin meningkat. Kedua,
aspek kualitas (mutu) : apakah orang-orang yang percaya/dibaptiskan itu
menampakkan kedewasaan imannya dalam sikap hidup dan perbuatan sebagai wujud
pertobatan/pembaharuan hidup. Ketiga,
aspek penyebaran (ekspansi): apakah persekutuan orang-orang yang
percaya/dibaptiskan itu menyebar sehingga gereja-gereja baru muncul dan tumbuh
meliputi daerah yang lebih luas. Ketiga aspek pertumbuhan ini dapat dibedakan,
tetapi tidak di pisahkan. Ada keterkaitan satu terhadap yang lain dan saling
menentukan. Pertumbuhan gereja yang sehat akan terjadi ketika aspek itu
berkembang secara simultan dan seimbang. Kuantitas adalah penting dan mudah
untuk diukur, namun aspek kualitas juga tidak kalah penting. Pertumbuhan kedua
aspek itu akan memungkinkan terjadinya perkembangan gereja-gereja secara
geografis. Setiap usaha untuk memprioritaskan salah satu aspek akan
mengerdilkan pertumbuhan aspek lainnya. Kekuatan gereja tidak semata-mata
terletak pada jumlah anggota. Banyaknya anggota yang tidak “bermutu” cenderung
akan melemahkan kehidupan gereja itu sendiri, sebab mereka tidak lebih bagaikan
“pasien-pasien” rohani yang menjadi beban perawatan. Sedangkan perawatan yang
dilakukan oleh gereja harus dilihat sebagai situasi darurat/temporor, yaitu
“dirawat untuk dapat merawat, dan dilayani untuk dapat melayani”. Suatu prinsip
pendidikan yang bersifat Alkitabiah yang harus diberlakukan.[15]
Pertumbuhan Gereja
secara misiologis, yaitu gereja yang memasyurkan Injil yaitu perintah Kristus
itu sendiri didorong juga dengan semangat Gereja itu sendiri untuk bermisi.
Gereja tidak memiliki tujuan pada dirinya sendiri, akan tetapi dengan adanya
misi untuk menyatakan kehadiran Allah di dunia. Allah memelihara Gereja di
dunia untuk terus bertumbuh dan berkembang secaramisiologis. Dalam hal ini
Gereja yang telah dipelihara oleh Allah sebagai ladang misi, tidak boleh hanya
sebagi penonton saja tetapi ia harus turut bekerja mengambil bagian dalam
kehidupan orang lain untuk memberitakan syaloom. Pemasyuran Injil dengan
perantaraan Firman berarti bahwa, orang Kristen harus memberitakan kabar baik
kepada orang lain yang bukan Kristen dan bersaksi tentang imannya. Pemasyuran
Injil atau misi juga harus dilakukan dengan perbuatan sebagai gereja yang
bermisi misalnya menolong orang yang gelandangan, miskin, dan yang belum
mengenal Injil. Kemudian memperkenalkan Injil kepada mereka bahwa di dalam
Kristus semuanya diperhatikan, dicukupkan, dan di selamatkan oleh-Nya.[16] Membangun Gereja yang bertumbuh secara
misiologis kita harus mengambil sebuah metode pendekatan yaitu memenangkan
kaum elite masyarakat (raja, kepala suku, pimpinan, agama, dan kepala adat),
memenangkan persahabatan dengan orang yang belum mengenal Injil, peningkatan
taraf hidup masyarakat, membuat usaha pendidikan atau sekolah bagi mereka yang
membutuhkan, pelayanan medis, dan pemberitaan Firman.[17]
2.5. Tujuan
Pertumbuhan Gereja Secara Misiologis
1. Pertumbuhan
Gereja ke Dalam
Dalam Efesus 4:13, 14
disebutkan, bahwa Gereja harus sampai kepada kesatuan iman dan pengetahuan yang
benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai
dengan kepenuhan Kristus. Dengan demikain, Gereja bukan lagi anak-anak yang
diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angina pengajaran. Tapi Gereja harus berani
bertumbuh di dalam dengan makin bertambah-tambah di dalam kedewasaan iman dan
pengetahuan tentang Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ke dalam itu
pertama-tama harus menjadikan Gereja berakar benar-benar kepada Kristus,
sehingga Gereja menjadi kuat sentosa. Demikian para anggota Gereja harus
bersama-sama berkembang serta bertambah-tambah di dalam kesempurnaan keyakinan.
Dengan demikian para anggota Gereja dapat bersatu, hidup dengan damai, dan
hidup saling meneguhkan iman.[18]
Ada prinsip-prinsip
pembangunan pertumbuhan gereja di tinjau dari fungsi ke dalam dari gereja:[19]
-
Prinsip pelayanan yang seimbang pengajaran,
kesaksian,dan penginjilan
Di dalam membangun
pertumbuhan Gereja secara misiologis di dalam Gereja diperlukan adanya
keseimbangan antra pengajaran, kesaksian, dan penginjilan di dalam Gereja
tersebut, mendekati jemaat yang belum terbuka hatinya untuk Kristus. Dengan
demikian hal ini memberikan jalan dalam pertumbuhan Gereja itu sendiri.
-
Prinsip keseimbangan kualitas-kuantitas
Dua aspek ini adalah
penting. Tuhan menginginkan banyak orang percaya dan pengikutnya, dan,dan Dia
mengharapkan orang-orang percaya yang kuat serta para pengikut yang taat.
Kualitas harus diciptakan untuk bisa untuk menghasilkan kuantitas, dan
kuantitas harus di dapat untuk bisa menghasilkan kualitas.
-
Prinsip keseimbangan pertambahan-pelipatgandaan
Pelipatgandaan adalah mutlak
penting untuk mencapai ide yang alkitabiah, berkaitan pertumbuhan gereja
Perjanjian Baru. Gereja harus didirikan di semua negeri, diantara semua bangsa
dan masyarakat, dan diusahakan agar bisa dilihat dan di dengar dimana pun
sehingga semua orang mempunyai priorotas untuk mengenal berita injil.
-
Prinsip keseimbangan pemusatan-pelipatgandaan
Ekspansi adalah satu
tuntutan penting. Konsentrasi bersifat sementara dan memiliki tujuan.
Konsentrasi bukanlah ciri esensial dari injil atau kekristenan dan tidak harus
menjadi kebiasaan. Ekspansi menjadi ciri penting dari injil dan kekristenan.
Karena itu, gereja yang hidup menganggap penting ekspansi. Gereja merupaka satu
organisme hidup, dan pertumbuhan serta pelipatgandaan menjadi bagian dari
keberadaannya.
-
Prinsip penginjilan yang seimbang-luas cakupan dan
intensitas
Maksud
penginjilan ekstensif (menyeluruh) ialah berkaitan dengan lingkup dan
intensitasnya dalam penginjilan. Ia mencakup geografi, masyarakat dan budaya.
Dimana ada penginjilan secara khusus-penginjilan anak-anak, penginjilam bagi
anak-anak belas tahun serta bagi pemuda, penginjilan bagi pelajar dan
mahasiswa, dan sebagainya.
2. Pertumbuhan
Gereja ke Luar
Bersamaan dengan pertumbuhan
Gereja yang ke dalam, Gereja harus juga tumbuh ke luar, yaitu dengan
perantaraan pemasyhuran Injil. Perjanjian Baru dengan jelas sekali
menghubungkan Gereja dengan Pemashuran Injil atau bermisi ke luar. (Mat. 5:13,
14 di mana Gereja dipandang sebagai terang dunia dan Mat 28:19-20).
Ay.19. Pergilah!Yesus dengan jelas memberi perintah kepada murid-muridNya
untuk pergi menjangkau jiwa. Untuk memenuhi Amanat Agung, kita tidak bisa
tinggal di dalam zona kenyamanan kita. Tetapi kita harus pergi mencari jiwa
yang terhilang. Kita harus pergi memberitakan kabar gembira.
Ay.19. Jadikanlah semua bangsa murid-Ku! Perintah yang kedua adalah
menjadikan semua bangsa murid Yesus. Yang artinya kita harus memuridkan target
jiwa tersebut. Sebelum memuridkan orang lain, tentunya kita juga harus menjadi
murid Yesus terlebih dahulu. Semua bangsa bukan pekerjaan yang mudah, tetapi
dengan bantuan jemaat Tuhan yang rindu melayani, pasti akan mempengaruhi
penginjilan kita.
Ay.19. Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus! Baptisan
air melambangkan kematian kita terhadap dosa, dan bersama dengan Kristus kita
dibangkitkan untuk hidup baru (Rom.6:3-4). Perintah ketiga adalah perintah
untuk membaptis. Untuk itulah kita juga harus mengajar target jiwa kita untuk
memberi dirinya dibaptis.
Ay.20. Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu! Perintah keempat yang Yesus berikan kepada kita adalah perintah
untuk mengajar. Pengajaran sangat penting untuk mengkokohkan iman seseorang,
untuk itulah kita juga harus mengorbankan waktu, tenaga dan materi untuk
mengajar target jiwa kita.[20]
III.
Refleksi Teologis Bagi Kehidupan Bergereja
Menjadi
refleksi Teologis bagi kita terkhusus dalam kehidupan bergereja, kita sebagai
calon hamba Tuhan. Kita beranjak dari Amanat Agung Yesus dalam Matius 20:19-20
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.
Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Gereja yang hidup
dan bertumbuh adalah gereja yang bermisi yang menjadikan bangsa-bangsa yang belum mengenal
Injil menjadi percaya dan Gereja
yang dengan sungguh-sungguh dan setia mencoba menjalankan setiap aspek
kebenaran firman Tuhan di dalam kesehariannya. Memang itu bukan hal yang
gampang, tetapi bukan tidak mungkin dicapai dan dilakukan. Peranan misi
dan gereja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan di mana
panggilan gereja lokal untuk misi sangat jelas di Alkitab. Untuk itu penting
untuk mengarahkan gereja menjadi gereja misioner. Beberapa hal yang menjadi
penyebab gereja tidak berubah menjadi gereja misioner adalah pertama, karena para gembala lebih
memilih untuk mengikuti apa yang menjadi keinginan jemaat daripada keinginan
Tuhan. Yang kedua, adalah ketika rasa
belas kasihan (compassion) tidak lagi ada sehingga menjadi serupa dengan dunia.
Alasan ketiga, gereja seringkali hanya terlalu disibukkan oleh
masalah-masalah internal saja, dan yang keempat, gereja seringkali
hanya membuat banyak rencana tetapi lambat dalam melaksanakannya. Sehingga dengan alas an ini gereja
sulit bertumbuh secara misiologis.
Berbicara
mengenai gereja yang belum bertumbuh secara misiologis, bisa kita lihat pada
konteks sekarang ini. Gereja-gereja yang hanya terfokus dengan zona nyamannya
saja yang tak pernah berpikir dalam dunia misi. Inilah menjadi titik kelemahan
kita. Gereja yang bertumbuh ketika Gereja itu bisa lebih baik dahulu mengajar,
mendidik, mendekatkan diri mereka kepada Tuhan di dalam dirinya kemudian
menyampaikan kabar baik ke luar dirinya (bermisi). Namun ini masih sedikit yang
melakukan. Bahkan kelemahan dari suatu pertumbuhan Gereja di dalam pun masih
belum berjalan baik. Kepemimpinan seorang pelayan yang masih menggembalakan
beberapa jemaat yang tidak secara keseluruhan atau 100 %. Jika gereja bertumbuh
secara misiologis, gereja harus membenahi dirinya sendiri terlebih dahulu, merangkul
semua anggota jemaat, bahkan tidak ada yang terabaikan. Dengan demikian Gereja
yang sudah dibenahi tentu pasti bertumbuh dan berkembang bahkan melakukan
penginjilan ke luar atau sebagai Gereja yang bertumbuh secara misiologis. Untuk
mendukung pertumbuhan Gereja secara Misiologis gereja harus melakukan strategi
untuk memenangkan jemaat untuk mengenal Injil yaitu dengan melakukan pendekatan
persahabatan, merangkul, dan melakukan pelayanan medis, serta pendidikan.
IV.
Kesimpulan
Dari hasil pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan Gereja secara Misiologis adalah Gereja yang memiliki kemauan untuk
membenahi dirinya kemudian beranjak menjadi gereja yang misioner yang mengasihi
menolong orang-orang yang belum mengenal Injil atau orang-orang yang terabaikan.
Dalam hal ini Gereja yang bertumbuh tentu pasti gereja yang berakar, berbuah,
dan berkembang yang memberikan jalan kepada orang-orang yang belum mengenal
Injil untuk selamat. Membangun Gereja yang bertumbuh secara misiologis kita
harus mengambil sebuah metode pendekatan yaitu memenangkan kaum elite
masyarakat, memenangkan persahabatan dengan orang yang belum mengenal Injil,
peningkatan taraf hidup masyarakat, membuat usaha pendidikan atau sekolah bagi
mereka yang membutuhkan, pelayanan medis, dan pemberitaan Firman
V.
Daftar Pustaka
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996
Ukur, F., Pertumbuhan Gereja Suatu Telaah
Historis-Misiologis
Soertaman, Pertumbuhan Gereja Suatu Tinjauan
Historis-Misiologis,
Doeka, Amelia
Luise, Studi Aplikatif Delapan Prinsip
Pertumbuhan Gereja Alamiah, Makassar:
Tesis Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2005
Peters,
George W., Teologi Pertumbuhan Gereja, Malang:
Gandum Mas, 2013
Berkhof, H. & L.
H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1990
Hadiwijono,
Harun, Iman Kristen, Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 2015
Djadi, Jermia, Diktat Teologi Pertumbuhan Gereja, Makassar: Sekolah Tinggi
Theologia Jaffray,2012
Berkhof, Louis, Teologi
Sistematika-Doktrin Gereja Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997
Wongso, Peter, Tugas Gereja Dan
Missi Masa Kini Surabaya: YAKIN, 2000
[2] Louis Berkhof, Teologi
Sistematika-Doktrin Gereja (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia,
1997), 5-7
[6] Jermia Djadi, Diktat Teologi Pertumbuhan Gereja,
(Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray,2012), 32.
[14] Amelia
Luise Doeka, Studi Aplikatif Delapan
Prinsip Pertumbuhan Gereja Alamiah, (Makassar: Tesis Sekolah Tinggi Theologia Jaffray,
2005), 8
[20] Harun
Hadiwijono, Iman Kristen, 385
Tidak ada komentar:
Posting Komentar